Enzo, Ijtima' Ulama, dan Khilafah



Oleh : Yuli Ummu Raihan
(Member Akademi Menulis Kreatif)

Enzo Zenz Allie, mendadak jadi perbincangan publik.
Seorang pemuda blasteran Indonesia-Prancis yang lulus dari sebuah pondok pesantren di  Serang, Banten. Ia  baru saja diterima sebagai Taruna Akmil 2019.

Sebelumnya Enzo tinggal di Prancis, namun sejak ayahnya meninggal dunia, ia kembali tinggal ke Indonesia. Tepatnya saat ia duduk di bangku SMP hingga lanjut mondok di pesantren.

Komandan Jendral Akademi TNI Laksdya TNI Aan Kurnia memuji ilmu agama Enzo yang dia nilai sangat baik.

"Itu ngajinya saja saya mungkin kalah, ngajinya hebat, agamanya bagus," ujar Aan disela upacara pembukaan pendidikan dasar kemitraan Caprabhatar Akademi TNI Akpol Tahun 2019 di Lapangan Sapta Marfa, Akademi Militer, di Magelang, Selasa 6/8/2019. (http://www.detikNews.com)

Enzo juga diketahui menguasai Bahasa Inggris, Arab, Prancis, dan Indonesia. Ia sejak kecil memang bercita-cita menjadi prajurit Infanteri dan Kopassus.

Enzo menjadi viral karena beredar foto profil FBnya yang menunjukkan dirinya berfoto dengan menggunakan atribut bendera hitam _(ar-roya)._ Bendera tauhid yang sesungguhnya adalah milik umat Islam. Tidak ada larangan untuk memproduksi, memakai, bahkan mengibarkannya.

Beragam isu berkembang, Enzo dicurigai terpapar paham radikal oleh kelompok yang sangat vokal menyuarakan penerapan syariah dan khilafah yang dituduh mengancam keutuhan NKRI.

Khilafah masih dan terus menjadi perbincangan publik baik di kalangan sipil, warung kopi, hingga menjadi agenda pembicaraan yang dibahas di level atas maupun akademik.

Belum lama ini _Ijtima'_ Ulama IV  yang diselenggarakan di Hotel Lorin, Sentul Bogor Senin, 5/8/2109 telah merumuskan 8 rekomendasi. Ketua GNPF, Muhammad Yusuf Martak, membacakan rekomendasi musyawarah bersama ratusan ulama yang hadir.

Di antara isi rekomendasi itu adalah menolak kekuasaan atas dasar kecurangan,  segala putusan yang tidak memenuhi prinsip keadilan,  mencegah bangkitnya ideologi komunisme, marxisme, kapitalisme, liberalisme, mengusut tuntas tragedi kematian anggota KPPS, dan yang paling penting adalah bahwa ulama _ahlus sunnah wal jama'ah_ sepakat bahwa "Penerapan syariah dan  khilafah  adalah kewajiban agama Islam."

_Ijtima'_ Ulama ini menjadi angin segar yang menyejukkan umat Islam setelah dikecewakan oleh demokrasi. Sinetron nasi goreng dan nasi kebuli yang sempat memuakkan umat menjadikan mereka sedikit tersadarkan dan mulai memahami kemana arah dan tujuan perjuangan umat Islam seharusnya.

Tidak ada yang bisa diharapkan pada sosok siapapun, parpol apapun selama sistemnya masih demokrasi. Satu-satunya tempat pengharapan kita hanyalah Allah Swt. 

Aturan Allah Swt hanya bisa diwujudkan jika kita bisa menerapkannya dalam institusi khilafah. Maka yakinlah bahwa khilafah harus diperjuangkan dan kehadirannya adalah keniscayaan di dunia.

Saatnya umat Islam bersatu, berjuang untuk menerapkan syariat Islam di bawah naungan Daulah Khilafah yang sesuai _manhaj_ kenabian yang akan membawa menuju _rahmatan lil 'alamin._

Ulama adalah pewaris para nabi yang berada di garda terdepan membela dan menjaga kemurnian ajaran Islam. Mendidik umat, menyeru amar makruf nahi mungkar dan yang lantang melawan kezaliman. Rasulullah Saw bersabda,

_"Sesungguhnya ulama di bumi seperti bintang-bintang di langit yang memberi petunjuk di dalam kegelapan bumi dan laut. Apabila ia terbenam, maka jalan akan tampak kabur."_ (HR. Ahmad)

Tapi saat ini banyak pula bermunculan ulama _su',_ yang justru jadi duri dalam daging kaum muslimin. Ulama dengan keilmuannya justru menjadi pendukung kezaliman, penjilat. Demi setitik kesenangan dunia yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kenikmatan surga.

Bahkan ulama dijadikan pemanis dalam meraih kekuasaan, yang perannya tidak memberi pengaruh dalam mengambil kebijakan, antara ada dan tiada.

Bahkan dalam demokrasi yang sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) banyak ulama yang justru terjebak, menjadi penantang syariah dan khilafah.  Bukannya meluruskan dan mengedukasi umat, mereka justru jadi garda terdepan yang menolak dan memusuhi khilafah, mengadu domba, mengeluarkan fatwa-fatwa sesuai pesanan asing.

Padahal seharusnya merekalah yang mengawal kekuasaan agar berjalan sesuai syariat. Rasulullah Saw bersabda,
 _"Seutama-utamanya jihad adalah menyampaikan yang haq di depan penguasa yang  zalim."_ (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Maka dengan adalanya _Ijtima'_ ulama keempat ini harusnya umat Islam makin yakin, mantap bahwa syariah dan khilafah itu suatu kewajiban, bukan hanya ulama dan parpol, tapi bagi seluruh umat Islam.

Cahaya kemenangan itu makin dekat dan tentunya tantangannya makin kuat.
Para kafir penjajah tentu tidak akan tinggal diam, mereka justru akan semakin menjadi dalam menyusun strategi untuk membendungnya, meski itu suatu yang mustahil. Mereka bisa menahan mekarnya bunga, tapi tidak akan mampu membendung datangnya musim semi.

Saat Islam diterapkan secara kaffah dalam bingkai daulah, maka seluruh ajaran Islam bisa leluasa kita jalankan, tak akan ada lagi Enzo-Enzo yang lain.

Para generasi muda akan bangga memakai atribut Islam, menampakkan identitas keislaman mereka tanpa takut mendapat _bullying,_ dipersekusi, atau dikriminalisasi dan dianggap radikal.

Inilah gambaran kondisi yang pernah digambarkan Allah dalam surat al-Maidah ayat 3, 

_"Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk mengalahkanmu (agama Islam), sebab itu janganlah kamu takut kepada  mereka dan takutlah kepada Allah. Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku pada mu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agama bagimu,"_

Khilafah adalah _tajj al-furudh_ (mahkota kewajiban) karena darinya akan sempurna kewajiban lain bisa ditunaikan, begitupun sebaliknya.

Jadi bagaimana bisa mereka mempropagandakan khilafah sebagai sesuatu yang menakutkan? Menakut-nakuti umat Islam dengan ajarannya sendiri.
Bahkan mengkambinghitamkan khilafah dan kelompok yang memperjuangkannya sebagai biang masalah yang harus dilenyapkan.

Sungguh khilafah adalah solusi dari segala problematika kehidupan yang saat ini terjadi.

_Wallahu a'lam bi ash-shawab_
Previous Post Next Post