Istiqomah dalam Dakwa

Oleh: Oom Rohmawati
(Member Akademis Menulis Kreatif) 

Istiqomah adalah suatu perkara yang berkaitan dengan kebenaran, kebaikan,  ketaatan pada Allah SWT, dan ini tentu tidak mudah. Sebagaimana halnya dengan ikhlas. 

Istiqomah ikhlas dua kata yang sama-sama mudah untuk di ucapkan tetapi sulit untuk dilakukan, karena hawa nafsu yang timbul terkadang sering menggoda baik dari dalam dirinya sendiri, terkadang bahkan banyak hinaan, ejekan dan tekan baik secara fisik maupun non fisik dari luar. Ini yang membuat orang-orang sulit untuk ber-istiqomah. Mereka bisa goyah lalu menyerah kalah, bahkan beralih arah. 

Lingkungan  yang buruk sangat mempengaruhi sekali goyahkan istiqomah seseorang, kadang kala digoda oleh setan dengan tawaran-tawaran yang menggiurkan, bisa kekuasaan, jabatan, pujian sanjungan, harta kekayaan, rayuan itu bisa meluluhkan hati yang berniat istiqomah. Kita bisa lihat dari para elit politik. Hari ini bicara A Besok bicara B, isuk (pagi-pagi) makan dele (kedelai) sorenya makan tempe. Demikian kata orang Jawa. Gak heran awalnya mengejek, menolak akhirnya memuji-muji mendukung. 

Begitulah kalau kecintaan manusia pada dunia lebih mendominasi, daripada kecintaan nya pada akhirat, akan senantiasa di perbudak syahwat kekuasaan. Padahal apabila kita mau belajar dari para salafush-shalih yang tak silau dengan gemerlap dunia, harta dan kedudukan. Jangankan bermimpi untuk menjadi penguasa atau bernafsu mengejar kekuasaan ketika ditawari juga akan menolak. Bukan berarti kekuasaan haram akan tetapi semata-mata karena  mereka khawatir akan pertanggungjawaban. Ini pernah terjadi di masa Rasulullah SAW. Ketika Abu Dzar ra Yang meminta amanah jabatan /kekuasaan. Saat itu Nabi menolak dengan memberi nasihat," 

Jabatan/kekuasaan itu adalah amanah yang bisa menjadi kerugian dan penyesalan pada Hari Kiamat, kecuali bagi orang yang mengambil amanah kekuasaan itu dengan benar dan menunaikan kewajiban-Nya di dalamnya" (HR Muslim). Karena salafush-shalih adalah generasi yang tidak berambisi sama yang namanya kekuasaan /jabatan, mereka tidak pernah plin-plan dan tetap istiqomah. 

istiqomah wajib

Istiqomah secara bahasa artinya itidaal (lurus) lawannya iwijaaj (bengkok). Imam an-Nawawi di dalam Riyadh ash-shalih mengatakan "para ulama berkata, istiqomah luzuum ath-thaah (konsisten dalam ketaatan)." Mengikuti kebenaran dan menegakkan keadilan, serta menepati manhaj yang lurus. Tentunya dalam melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Karena itu istiqomah hukumnya wajib Allah SWT berfirman: " Karena itu beristiqomahlah sebagaimana kamu diperintahkan… (TQS: Hud [11]:112). 

Rasulullah SAW pun bersabda kepada Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi ra.:  Katakan, " Aku beriman kepada Allah." Lalu beristiqamahlah! " (HR Ahmad dan Muslim).

Agar Bisa Istiqomah 
Para ulama menjelaskan, agar bisa istiqomah setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama:  Beriman secara benar dan lurus menyato antara  keyakinan ucapan dan perbuatan. 
Sebagaimana firman-Nya : "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh, (dalam kehidupan) di dunia dan akhirat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (TQS: Ibrahim [14]:27). 
Keistiqomahan akan berbanding dengan benar dan lurusnya keimanan. Oleh karenanya tidak akan menyipang antara pemahaman dan yang diyakini dari Islam ke materialisme (ateisme) memisahkan agamanya dari kehidupan sehari-hari sehingga budaya mempengaruhi keimanan (Islam) bukan islam yang dipakai sandaran itu yang menyebabkan Iman seseorang tidak benar dan tidak lurus. 

Kedua: " Menjaga setiap amal perbuatan ikhlas semata-mata hanya karena Allah SWT bukan yang lain dan berusaha terikat dengan syariah. Allah SWT berfirman:" Padahal mereka hanya di perintahkan menyembah Allah, dengan ikhlas mentaati-Nya semata-mata menjalankan agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (TQS: al-Bayyinah [98]:5). Selama seseorang tujuan hidupnya semata-mata hanya untuk Allah bukan dunia harta jabatan dll. Maka dia akan tetap istiqomah. Dan setanpun takan bisa menggoda hambanya yang ikhlas. (TQS:al-Hijr [15]:39-40). 

Ketiga: Mengkaji seluruh isi Al-Quran dengan menghayati dan mengamalkan yang terkandung di dalamnya. (Lihat:QS: an-Nahl [16]:102, QS: al-Furqan [25]:32). Karena tidak mungkin seseorang bisa berbanding lurus dengan benar tanpa memahami Al-Quran. Keempat: Tema dan lingkungan yang salih, ketika seseorang bergaul dengan yang salih akan terbawa salih sebaliknya seseorang bergaul dengan orang yang berperilaku buruk maka akan berpengaruh buruk bahkan Allah SWT menyatakan dalam Al-Quran bahwa salah satu sebab utama menguatkan para sahabat adalah karena keberadaan Rasulullah SAW di tengah-tengah mereka. Allah SWT juga memerintahkan agar kita selalu bersama orang-orang yang salih. (Lihat QS: at-Taubah [9]: 119).

Anjuran untuk selalu bersama berjamaah dengan orang-orang yang beriman. Para ulama mengingatkan bahwa setan akan lebih mudah memperdaya orang yang sendirian dan jauh dari orang-orang yang berjamaah. Kelima: Mengkaji dan menghayati kisah-kisah orang shalih terdahulu, sehingga bisa jadi teladan dalam beristiqomah. Di dalam Al-Quran banyak diceritakan kisah para nabi dan rasul dan orang-orang yang shalih. Sebagai contoh kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Nabi ibrahim as, saat dibakar oleh para penentangnya (Lihat QS: al-Anbiya' [21]: 68-70). Dan apa yang dikatakan Nabi ibrahim as. Ibnu' Abbas ra. berkata "Akhir perkataan dari Nabi ibrahim" Hasbiyallah wani'mal al-wakil "(Cukuplah Allah sebagai penolong dan sebaik-baiknya tempat bersandar).' '' (HR al-Bukhori). Dan akhirnya, ibrahim pun selamat. 

Oleh karena itu tumbuhkanlah kesenangan mempelajari kisah-kisah orang salih terdahulu sebagaimana salafush-shalih sangat senang mempelajari kisah-kisah terdahulu untuk diambil sebagai teladan. 

Basyr bin al-Harits al-Hanafi mengatakan, " Betapa banyak orang-orang shalih yang telah wafat membuat hati menjadi hidup saat mengingat mereka." (Ibnu al-Jauzi, Sifat ash-Shafwah, ||/333). 

Keenam: Jangan lupa memperbanyak do'a kepada Allah SWT agar diberi keistiqomahan. Karena segala sesuatu atas kehendak-Nya. Dan Allah SWT memuji orang-orang yang beriman dan selalu berdoa kepada-Nya untuk meminta keteguhan imam ketika menghadapi ujian. (Lihat:QS:ali-imran [3]:146-148; QS Al-Baqarah [2]:250; QS:Ali-Imran [3] :8). 
Do'a yang sering Nabi panjatkan adalah " Yaa Muqallibal quluub, tsabit qalbii'alaa diinik (Duhai zat yang membolak balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu." (HR at-Tirmidzi). Atau dengan doa yang diajarkan Imam Hasan al-Bashri dalam memohon keistiqamahan "Allahumma Anta Rabbunaa, farzuqnaa al-istiqamah (Ya Alloh, Engkau adalah Tuhan kami, berilah kami keistiqamahan)." 

Istiqomah dalam Perjuangan Dakwah
Bagi para pejuang dakwah memiliki sikap dan sifat istiqomah wajib, selain yang enam tadi di atas yang kita bahas pengemban dakwah harus: pertama: meluruskan pemikiran. Caranya dengan hanya mengambil pemikiran Islam seraya mencampakkan pemikiran di luar Islam seperti sekularisme, demokrasi, HAM, pluralisme, liberalisme, feminisme dll harus dicampakkan dan mesti mengambil pemikiran tentang syariah, sistem pemerintahan Islam (Khilafah), jihad dll di  amalkan dan diperjuangkan.  Kedua: Pengemban dakwah tidak boleh dipengaruhi penerimaan ataupun penolakan manusia, panjang atau pendeknya Perjuangan, juga tidak boleh dipengaruhi keuntungan atau kerugian yang menimpa seorang pejuang dakwah. Akan tetapi, semua perkara harus dihubungkan dengan surga dan neraka; Ridha dan murka Allah SWT. Untuk itu wajib bagi pejuang dakwah Islam selalu terikat dengan ide (fikrah) dan metode (thariqah)-Nya tanpa ada pemisahan. Seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Beliau tidak mau menerima penawaran penguasa Quraisy yang disandarkan pada "toleransi" dengan peraturan-peraturan yang rusak. Ketiga; Lebih mencintai akhirat (surga) ketimbang dunia dan seisinya (QS:adh-Dhuha [93]:4). Itulah yang mestinya orang-orang yang beriman lakukan untuk berada dalam kondisi apapun agar bisa istiqomah di jalan-Nya. Wallahua'lam []

Previous Post Next Post