Enam Pesan Bagi Penuntut Ilmu

Oleh : Erlina YD
*Member Revowriter, Ibu Pembelajar.

Musim liburan masih berlangsung, perlu energi besar agar bisa terkondisikan siap belajar lagi. Walaupun mungkin di beberapa sekolah sudah mulai ada pembelajaran. Saat liburan biasanya para pelajar lebih banyak bersantai menikmati liburan. Beberapa siswa yang mengalami lulus tahun dan harus mencari sekolah, ada yang sudah nyaman karena sudah pasti mendapatkan sekolah. Namun ternyata masih ada beberapa yang bahkan belum mendapatkan kepastian akan diterima di sekolah yang mana. Kita semua tentu berharap para pelajar sudah mendapatkan sekolah yang diinginkan. Sekalipun bisa jadi ada yang diterima di sekolah yang tidak sesuai harapan, maka segera luruskan niat agar bisa mendapatkan keberkahan menuntut ilmu.

Sebagai penuntut ilmu, pasti berharap agar mampu mencerap semua ilmu yang diajarkan di sekolah dengan baik. Setelah dicerap, ilmu juga harus kita sebarkan sebagai sebuah kebaikan. 

Ada enam pesan atau perkara yang disampaikan oleh Imam Syafi'i bagi para penuntut ilmu. Menurut Imam Syafi'i, para penuntut ilmu tidak akan mendapatkan ilmu yang sebenar-benarnya ilmu serta kesempurnaan ilmu jika tidak memperhatikan enam perkara berikut :

1. Kecerdasan 
Kecerdasan dalam diri seseorang sangat diperlukan dalam diri para penuntut ilmu. Jika tidak memiliki kecerdasan pada ilmu yang sedang dipelajari, maka akan kesulitan untuk menyerap ilmu. Tentu kecerdasan ini juga sebuah proses yang harus dijalani dari awal dan mau berikhtiar kuat agar bisa mengerti dan memahami apa yang sedang dipelajari. Kecerdasan bersifat relatif dan tidak mengharuskan setiap orang cerdas dalam segala bidang. Namun dengan dukungan sistem pendidikan yang baik, meniscayakan akan melahirkan ilmuwan-ilmuwan polymath (menguasai beberapa bidang ilmu). Kita bisa lihat contoh hasil gemilang peradaban Islam dalam bidang pendidikan dengan lahirnya ilmuwan-ilmuwan yang tidak hanya menguasai ilmu dunia namun juga hafidz quran dan hapal ribuan hadits. Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al Farabi, Ibnu Firnas, dan masih banyak yang lain adalah contoh nyata ilmuwan polymath yang hidup di masa kejayaan Islam. 

2. Obsesi 
Obsesi adalah keinginan kuat terhadap sesuatu. Ketika tidak ada obsesi, maka akan sulit untuk menyerap ilmu dengan baik. Agar terwujud obsesi, maka wujudkan kecintaan ilmu pada diri. 
Cara paling praktis dan paling awal untuk mewujudkan cinta ilmu, sering-seringlah mendatangi perpustakaan sekolah ataupun di luar sekolah. 
Lihat dan amati buku-buku yang ada agar mengetahui seluk beluk penataan buku di dalam perpustakaan. Jika belum mampu membaca semuanya, minimal pelajari dan ingat-ingat judul serta gambaran isi buku. Saat pelajar membutuhkan literatur, maka dengan mudah dan cepat menemukan buku yang sesuai kebutuhan.

3. Sabar 
Sabar bukan dalam arti menerima proses namun kurang ada ikhtiar kuat. Sabar di sini adalah sabar untuk meninggalkan hal-hal yang tidak baik serta bersabar dalam menjalani proses belajar. 
Dalam proses belajar, godaan dan gangguan akan bermunculan. Jenuh atau bosan bisa menjadi ujian kesabaran. Belum lagi godaan bermain gadget dengan segala aktivitas di dalamnya semisal bermain game dan media sosial. 
Godaan-godaan di atas bisa menjadi batu sandungan dalam belajar sehingga harus segera dienyahkan. Dan sabarlah jawabannya. Menurut Imam Syafi'i, para penuntut ilmu bahkan harus 'dipaksa' sabar agar bisa menuntaskan proses belajarnya dengan baik. 

4. Biaya 
Mau tidak mau pasti akan keluar biaya ketika menuntut ilmu. Banyak atau sedikit tergantung pilihan tempat belajar. Ibunda Imam Syafi'i sendiri nyaris menghabiskan seluruh harta peninggalan suaminya untuk menyekolahkan putranya di tempat terbaik dan mengikuti imam-imam besar serta guru-guru terbaik saat itu. Hasilnya bisa kita lihat pada keilmuan yang dimiliki Imam Syafi'i yang di usia 7 tahun menjadi hafidz quran dan di usia 16 tahun sudah hapal ribuan hadits. Di usia belasan, beliau juga sudah mampu mengeluarkan fatwa hasil ijtihadnya. Maa syaa Allah...

5. Pengarahan dan petunjuk guru 
Guru mempunyai peran sangat penting dalam membina para penuntut ilmu yaitu sebagai fasilitator dan motivator. Tidak memungkinkan kita belajar ilmu tanpa didampingi oleh seorang guru. Dibutuhkan guru yang tidak sekedar mentransfer ilmu, namun juga yang mampu membina syakshiyah/kepribadian islam murid-murid yang menjadi tanggung jawabnya. 
Seorang guru juga harus menjadi teladan dan contoh yang baik dalam proses pembelajaran dan mampu membangun suasana keilmuan yang nyaman dan menyenangkan. Harapannya para murid akan semakin cinta ilmu yang akan memudahkan menyerap dan mengamalkan ilmunya.

6. Waktu belajar 
Dalam menuntut ilmu, pasti membutuhkan waktu. Imam Bukhari menghabiskan separuh lebih usianya untuk belajar dan mengumpulkan hadits serta memilah-milah hadits sesuai derajat riwayatnya.

Dengan memperhatikan enam perkara di atas, semoga kita semua dimudahkan dalam menuntut ilmu dan menyebarkannya agar dunia terbebas dari kebodohan.
Previous Post Next Post