Tiket Pesawat Mahal, Bukti Gagal Penguasa Meriayah Umat



Oleh: Nelliya Ummu Zahra
Member Akademi Menulis Kreatif

Sebentar lagi kita akan merayakan hari raya idul fitri, sudah menjadi tradisi kebanyakan dari masyarakat akan pulang ke kampung halamannya (mudik).

Perjalanan mudik biasanya menggunakan  trasnportasi darat, laut, dan udara. Namun, para pemudik yang menggunakan transportasi udara (pesawat), mesti bersiap-siap menelan pil pahit, lantaran harga pesawat  domestik yang melambung tinggi.

Beberapa rute yang dikomplain oleh warga diantaranya adalah: Jakarta ke Banda Aceh, Jakarta ke Manado, atau Jakarta ke Medan. Bahkan dari Jakarta ke Medan melalui maskapai dalam negeri lebih mahal dibandingkan Jakarta ke Kuala Lumpur atau Singapura dengan maskapai asing.

 Dewasa ini pesawat terbang menjadi alat transportasi umum yang paling efektif untuk "melipat jarak", dibandingkan dengan jenis transportasi umum lain yang cenderung memakan waktu lama. Namun, dengan meroketnya harga tiket pesawat ini tentu orang yang bepergian dengan pesawat sangat terkejut.

Dilansir dari Merdeka.com
"Kenaikan tarif yang dilakukan oleh maskapai besarannya memang terlalu menghentak prosentasenya, bisa mendekati 85 persen dari tarif biasanya. Tentu saja masyarakat shock," ujar Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, di Jakarta, Minggu (13/1).

 Salah satunya tiket pesawat Bandung-Medan yang mencapai 21 juta.
Mahalnya harga pesawat ini membuat masyarakat menjadi sesak. Sehingga banyak pemudik yang beralih menggunakan trasportasi darat.
Fakta ini menunjukkan tidak bertanggung jawab dan gagalnya penguasa dalam meri'ayah (mengurus) umat. 

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan bahwa pemerintah tidak bertanggung jawab dengan masalah harga tiket pesawat ini. 
Pasalnya harga tiket tak kunjung turun meski peak season telah berakhir. 

"Pemerintah sengaja lepas tangan, lebaran itu kan permintaan tinggi dan secara musiman harga tiket seluruh moda transportasi naik, " ujar Bhima kepada detikFinance, Sabtu (4/5/2019).

Solusi yang diberikan pun seperti tambal sulam, sehingga solusi yang diharapkan tak dapat tuntas.

Di dalam Islam, infrastruktur termasuk ke dalam kepemilikan umum. Negara bukanlah pemilik, akan tetapi hanya bertugas sebagai pengelola mewakili umat. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah: ” Yang kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi.” (Q.S. al Furqon[25]: 2).

Sistem pondasi sistem ekonomi Islam menempatkan Allah sebagai pencipta dan pemilik seluruh alam. Sehingga dalam pengelolaannya haruslah berdasarkan pada aturan-Nya. Yakni, tentu saja tujuan pengelolaan tersebut adalah untuk kemaslahatan umat. Hal tersebut sesuai dengan  sabda Rasulullah Saw “Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal; air, padang rumput, dan api, dan harganya haram." [HR. Imam Ibnu Majah].

Sehingga penguasa berkewajiban untuk menyediakan pelayanan bagi umat dengan sebaik-baiknya. Menilik problem mahalnya harga tiket pesawat saat ini, tak terlepas dari sistem yang menerapkan kapitalis-demokrasi. Sehingga rakyat selalu dirugikan dengan kebijakan yang diterapkan oleh penguasa saat ini. Dimana dalam sistem demokrasi materi adalah kepuasan yang harus diraih, sehingga  pemerintah yang seharusnya meri'ayah (mengurusi) umat malah itung-itungan untung rugi. Pada akhirnya umatlah yang menjadi korban


Rakyat dipaksa menerima segala kebijakan yang sangat merugikan. Sehingga mau tak mau rakyat mengikuti.

Selagi sistem kapitalis-demokrasi tetap bercokol dan diadopsi oleh negeri ini, maka persoalan tak akan usai. Kezaliman akan tetap merajalela, serta semakin menyengsarakan rakyat.

Maka, sudah saatnya kita beralih pada sistem yang berasal dari Allah Swt, sistem yang menerapkan sistem Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah.
Inilah solusi  tuntas atas segala problem negeri ini. 

 Wallahu a'lam bi ash-shawab
Previous Post Next Post