Rusak Lagi, Gelombang Lagi, Berlubang Lagi

Oleh :  Iis Nur

Harapan hanya tinggal harapan,  tanpa ada kepastian. Itulah yang dirasakan masyarakat yang kerap kali menggunakan jalan raya sekitar Simpang Cileunyi, mereka sering merasa khawatir dengan kondisi keadaan jalan tersebut. Apalagi pada kondisi arus mudik dan arus balik baru-baru ini, dengan kondisi jalan yang rusak,  berlubang, aspal bergelombang dan kerusakan di badan jalan beton yang juga turut membahayakan pengendara.

Terlihat yang paling mengalami kerusakan ada di titik jalan Simpang Cileunyi, pertigaan jalan Bandung - Garut sebelum Gerbang Tol Cileunyi dan arah putaran menuju kabupaten Sumedang.  Kondisi aspal mengelupas, banyak terlihat di area putaran menuju kabupaten Sumedang dengan kondisi luas kerusakan bervariasi, mulai dari  30 sentimeter hingga 150 sentimeter. Sedangkan untuk aspal bergelombang berada di tiga titik tersebut. Akibatnya beberapa kendaraan terutama roda empat atau lebih terpaksa menurunkan laju kecepatan kendaraan untuk menghindari kecelakaan.

Menurut kesaksian masyarakat yang sering menggunakan jalur jalan Bandung - Garut, salah satunya Friska Aprilia (21th) mengatakan, kondisi rusak di jalan tersebut sudah berlangsung lama dan terus menerus mengalami kerusakan, apalagi yang berada di area putaran dari Garut menuju Bandung (arah Gerbang Tol Cileunyi) atau sebaliknya. Dengan kondisi jalan yang mengalami kerusakan, bergelombang serta berlubang sejumlah insiden kecelakaan kerap terjadi di Simpang Cileunyi. Kecelakaan paling banyak kerap menimpa pengendara roda dua. Meski sudah banyak terjadi kecelakaan di sekitar jalan tersebut bahkan sudah banyak memakan korban nyawa, sampai saat ini tidak ada tanggapan atau tindakan dari pemerintah Cileunyi.
Begitulah buah liberalisasi transportasi publik yang berlangsung di tangan rezim Neolib. Yakni, ketika rezim hadir sebagai pelaksana sistem kehidupan sekuler khususnya sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalis. Sungguh fakta yang menyakitkan ini tidak akan pernah terjadi dalam sistem kehidupan Islam, Khilafah Islam.

Fakta sejarah membuktikan para Khalifah membangun jalan-jalan raya yang luas dan nyaman untuk memenuhi transportasi publik, jaminan keamanan, kenyamanan diperuntukkan bagi setiap orang, bahkan bagi hewan sekalipun. Menjadi kewajiban seorang Khalifah untuk membangun insftratuktur yang baik, bagus dan merata ke pelosok negeri. Salah satu menuju kesejahteraan dengan terpenuhinya sarana dan prasarana yaitu dengan memmbangun insfratuktur untuk mempelancar distribusi dan perpindahan kebutuhan rakyat.

Contoh Khalifah Umar al-Faruq yang diceritakan dalam buku The Great Leader of Umar bin al-Khaththab, halaman 314-316. Khalifah Umar menyediakan pos dana khusus dari Baitul Mal untuk mendanai insfratuktur, khususnya jalan dan semua hal ihwal yang terkait dengan sarana dan orasarana jalan. Tentu dana ini bukan dari dana utang. Khalifah Umar juga menyediakan sejumlah besar unta secara khusus mengingat kala itu unta merupakan alat transportasi yang tersedia untuk mempermudah perpindahan bagi orang yang tidak memiliki kendaraan antar berbagai jazirah Syam dan Irak.

Karenanya, kembalinya kehidupan Islam, Khilafah Islam merupakan kunci solusi persoalan liberalisasi transportasi publik. Bahkan kebutuhan mendesak bagi bangsa ini. Tidak saja untuk arus mudik dan arus balik yang aman,  nyaman dan manusiawi. Khilafah adalah ajaran Islam yang diwajibkan Allah Subhanahu Wa ta'ala kepada hamba-Nya.
Wallahu a'alam bi ash shawab.
Previous Post Next Post