Mudik Harus Bermakna, Hafalan Harus Tetap di Jaga


Awal tiba di Desa tercinta. 
Semilir angin menghembus lembut, lepaskan penat yang ada.
Hamparan hijau sawah  begitu menyejukan mata.
Gemericik air mengalir menuruni alurnya.
Sepetak dua petak, setingkat dua tingkat persawahan hasil kreatif tangan para petani yang kian langka.

Pohon tinggi menjulang.
Daun nyiur melambai bersama angin tak pernah hilang.
Suasana alam begitu ramah, membuat jiwa tenang.
Tak ada keluh kesah yang menghadang.
Kicau burung pipit di pagi hari riang.

Bagi ananda mudik bukan liburan semata.
Namun ingin tetap seperkasa garuda nan jaya.
Selincah merpati ketika terbang di udara.
Tetap murojaah walau bias malas menggoda.
Dengan bimbingan Ayah Bunda semoga tetap terjaga.

Kucoba biarkan picingan mata nanar yang tak sesejuk alam.
Langkah terseok pun kucoba mantapkan tuk menapaki jalan tajam.
Kini diri rapuh tetap mencoba bertahan.
Untuk terbang memetik cita-cita kehidupan.

Mudik memang sudah menjadi kebiasaan bangsa kita Indonesia. Dari tahun ke tahun mudik terus meningkat dari sisi jumlah pemudik maupun kendaraan. Sehingga kemacetan di mana-mana pun tidak ter-elakkan.

Beragam pilihan bagi para pemudik dalam memilih kendaraan yang digunakan, ada mobil pribadi, bus, kereta, sepeda motor, yang terkadang di tengah-tengah kemacetan terjadi kecelakaan, ada yang luka ringan dan parah, ada juga yang harus meregang nyawa.

Cukup di sayangkan sebenarnya, ketika mudik tanpa merencanakan hal terbaik bagi kehidupan di dunia yang akan menghantarkan ke surga. Di antara masyarakat ada yang mudik hanya sekedar ikut andil di tengah-tengah kesibukan pemudik, ada pula yang menjadikannya ajang riya ketika pulang kampung, merasa hidup di kota, dengan serba mewah dan wah. Pamer kendaraan roda empat padahal hasil rental atau sejenisnya. Tetapi tak kurang yang enggan mudik karena belum sukses di kota, sehingga malu kalau harus kembali ke kampung dengan kondisi memprihatinkan.

Islam telah membimbing kita dalam menyikapi hal ini. Mudik sangat bisa tetap semangat beribadah, bahkan berdawah, ajang menjalin silaturahmi dengan orang tua dan kerabat juga handai taulan. Berbakti kepada kedua orang tua inilah momen langka. Ketika mampu membuat orang tua tersenyum bahagia melihat putra putrinya hidup bahagia walaupun hidup kita sederhana.

Bagi setiap orang tua yang shalih, bukanlah harta benda yang akan membuat bibirnya tersenyum dan hatinya damai. Melainkan ketika melihat rumah tangga putra-putrinya sakinah mawaddah warahmah. Jauh dari amarah dan percekcokan, memiliki cucu yang shalih dan shalihah. Tetap menjaga ibadah walaupun berkurang karena banyak bercengkrama. Keluarga surga baik di dunia maupun kelak di akhirat.

Begitupun dengan keluarga kecil ananda Muhammad Fursan Ramdhani. Sekuat tenaga menjaga mudik tetap dalam rel syariah Islam. Betapun godaan dunia tak henti-hentinya menghampiri. Terkadang hampir lupa, namun Allaah SWT selalu mengingatkannya. Semoga keluarga kecil ini tetap terjaga dalam ridhaNya. Aamiin Yaa Rabbal'aalamiin.
Previous Post Next Post