Jangan Kriminalisasikan Khilafah dengan Propaganda Isis



Oleh: Nur Fitriyah Asri
Penulis Buku Opini Akademi Menulis Kreatif

Imperialisme barat sangat meyakini bahwa khilafah akan tegak kembali tahun 2020. Hasil ramalan National Intelligence Council (NIC) yaitu sebuah lembaga intelijen yang dibiayai oleh Pemerintah Amerika Serikat. Khusus untuk melakukan penelitian dan riset yang bertujuan memprediksi masa depan perpolitikan dan ekonomi dunia, agar Amerika Serikat (AS) bisa membuat strategi tepat sejak dini untuk menghadapi masa depan.

Dari hasil risetnya, National Intelligence Council (NIC) merilis sebuah laporan yang berjudul Mapping the Global Future. Meskipun sudah di keluarkan Desember 2004, bisa jadi  masih banyak umat Islam yang belum familier. Salah satunya A New Chaliphate yaitu berdirinya kembali khilafah Islamiyyah, yakni sebuah pemerintahan Islam global yang memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai yang universal.

Ramalan akan tegaknya kembali khilafah Islamiyyah yang diperkuat dengan  adanya fakta munculnya tanda-tanda kebangkitan umat Islam di negeri-negeri muslim, menjadikan negara imperialisme terusik dibuatnya risau, dan gelisah, serta ketakutan.

Ketakutan ini secara terang-terangan dikumandangkan oleh George W. Bush dalam pidatonya pada konvensi tentara Amerika ke-89, pada bulan Agustus 2007. Ia menyatakan bahwa ada kelompok ekstrimis yang berkeinginan untuk menggencarkan visi gelap ingin menegakkan khilafah radikal dan penuh kekerasan yang wilayahnya membentang dari Spanyol ke Indonesia. Artinya Bush pun meyakini bahwa khilafah akan tegak kembali.

Mereka sadar dengan sepenuh keyakinan,   bahwa ideologi kapitalis yang diemban dan menjadi alat penjajahan di negeri-negeri muslim sudah mengalami sakaratul maut. Ketika khilafah kembali tegak,  eksistensi kapitalisme akan lenyap ditelan bumi, musnah dari kancah peradaban dunia. Oleh sebab itu, mereka tidak akan rela begitu saja menyerahkan kendali kepemimpinan dunia kepada umat Islam.

Mereka akan berusaha mati-matian mempertahankannya dengan menghalalkan segala cara, antara lain dengan menggencarkan kampanye-kampanye negatif tentang Islam kaffah dan khilafah yang dicitrakan sebagai aturan yang kejam, sadis, tidak berperikemanusiaan dan menindas.

Untuk meyakinkan dunia maka dibuatkanlah khilafah ala ISIS yang dipropagandakan dalam upaya untuk membendung tegaknya kembali khilafah. Umat Islam sendiri dibuatnya percaya, supaya tidak mau mendukung dan memperjuangkan khilafah, malah justru sebaliknya ikut memusuhi khilafah itu sendiri. Ironis sekali, sementara umat Islam banyak yang tidak tahu atau lupa dengan sejarahnya sendiri tentang keberadaan khilafah nan agung yang berhasil memimpin dunia dan pernah berhasil mengukir peradaban emas sepanjang 1300 tahun lebih.

Allah berfirman:

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya." (TQS at-Taubah 322)

Masih segar dalam ingatan kita tentang peristiwa runtuhnya gedung WTC, tanggal 11 September 2001, Islam sebagai pihak tertuduh  pelaku terorisme. Dengan berjalannya waktu strategi propaganda busuk mereka akhirnya terbongkar. Hikmahnya nonmuslim AS dan Inggris berbondong-bondong masuk Islam menjadi mualaf, setelah mempelajari Alquran yang sedianya ingin mengetahui kecacatan dan kesalahan isi dari  kitabnya kaum muslimin (Alquran), justru malah menemukan hidayah, Allahu Akbar.
Begitu juga dengan propaganda ISIS, Allah telah membongkar makar keji mereka.

Allah berfirman:

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (TQS Ali Imran 54).

ISIS Akhirnya Terungkap

Washington DC, LiputanIslam.com-- Mantan menteri luar negeri dan ibu negara AS Hillary Clinton secara terang-terangan mengakui bahwa Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) merupakan gerakan buatan Amerika Serikat (AS) guna memecah belah dan membuat Timur Tengah senantiasa bergolak.

Pengakuan tersebut termuat dalam buku terbaru Hillary Clinton “Hard Choice” dan menjadi pemberitaan luas media-media massa internasional akhir-akhir ini.

Mantan Menlu di kabinet pertama Presiden Barack Obama itu mengaku, pemerintah AS dan negara-negara barat sengaja membentuk organisasi ISIS demi memecah belah Timur Tengah (Timteng). Hillary mengatakan gerakan ISIS sepakat dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013.

“Kami telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan-rekan bersepakat mengakui sebuah Negara Islam (Islamic State/IS) saat pengumuman tersebut,” tulis Hillary.

Dalam buku tersebut juga diuraikan bahwa “negara Islam” itu awalnya akan didirikan di Sinai, Mesir, sesuai revolusi yang bergolak di beberapa negara di Timur Tengah. Namun rencana itu berantakan setelah militer Mesir melakukan kudeta, Juli 2013.

“Kami memasuki Irak, Libya dan Suriah, dan semua berjalan sangat baik. Namun tiba-tiba meletus revolusi 30 Juni hingga 7 Agustus di Mesir. Itu membuat segala rencana berubah dalam tempo 72 jam,” ungkap istri mantan presiden AS, Bill Clinton, itu.

Hillary menambahkan, pihak Barat sempat berpikir untuk menggunakan kekuatan demi mewujudkan “Negara Islam” di Sinai. Namun Mesir memiliki kekuatan militer yang tergolong kuat. Selain itu, warga Mesir cenderung untuk mendukung militer mereka.

“Jadi, jika kami gunakan kekuatan melawan Mesir, kami akan rugi. Tapi jika kami tinggalkan, kami pun rugi,” tulis Hillary.

Jadi, masihkah percaya dengan propaganda ISIS?

Sejumlah media asing, di antaranya Veterans Today, mengatakan bahwa, pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi orang Yahudi tulen, yang paling mengejutkan adalah dia agen sejati Mossad (Agen rahasia luar negeri Israel).

Dijelaskan bahwa nama asli Abu Bakar al- Baghdadi adalah Emir Daash alias Simon Elliot alias Elliot Shimon. Dia lahir sebagai Yahudi karena orang tuanya dan direkrut serta dilatih Mossad untuk membuat kekacauan di kawasan Timur Tengah serta perang sesama masyarakat Arab dan muslim.

Hal ini makin menjelaskan kebocoran rahasia dari bekas agen NSA (Agen rahasia Amerika Serikat) Edward Snowden, yang menyebut ISIS sebenarnya adalah ciptaan dari inteligen Amerika Serikat, Inggris dan Israel. Mereka  menciptakan sebuah organisasi militer yang mengklaim kekhalifahan Islam dengan Abu Bakar al-Baghdadi sebagai khalifahnya, untuk menarik para militan Islam dari seluruh dunia agar supaya bergabung di dalamnya.

Bukti nyata bahwa ISIS adalah pembentukan ISRAEL makin kentara, ketika organisasi militan ini menyerang negara-negara Arab yang sedang kacau, di antaranya Irak dan Suriah.

ISIS kini telah menguasai sebagian wilayah Suriah dan Irak. Di Suriah mereka mendirikan pusat pemerintahan di Raqqa dan telah menguasai kota besar Mossul di Irak.

ISIS mengklaim sebagai organisasi militan bernafas Islam. Kelompok ini meledakkan makam Nabi Yunus dan mengancam akan meledakkan Ka`bah (Kiblat umat muslim se-dunia). ISIS juga mengancam menghancurkan Pemerintahan Hamas di Gaza Palestina, yang saat ini sedang diserang Israel .

Parahnya di Indonesia, ISIS mendapat simpati dari segolongan orang yang secara sukarela mendaftarkan diri sebagai pengikut. Tanpa menyelidiki atau mencari kebenaran informasi tentang ISIS.

Pembentukan ISIS adalah strategi "madu", menarik para lebah militan Islam dari negeri-negeri muslim, yang secara buta terpesona  untuk hijrah ke negara "Khilafah" versi ISIS.
Setelah terkumpul dan terpisah dengan yang moderat, mereka dimanfaatkan. Selanjutnya langkah  Israel dan Barat adalah melenyapkan para militan tersebut, dengan pengeboman secara (genocide) yaitu dengan pembunuhan yang disengaja kepada sekumpulan besar orang, terutama kumpulan etnik atau bangsa tertentu. Kaedah seperti memisahkan serigala dari domba.

ISIS juga bertujuan menghancurkan kestabilan negara yang berbatasan dengan  Israel: Suriah, Yordan, Lebanon Selatan, Mesir Sinai. Agar Negara Zionis aman, menggunakan taktik devide et impera, perang saudara, dengan  issu Sunni versus Syiah, moderat versus  fundamentalis, Islam versus Kristen, Kurdi versus Arab. Banyak muslim termakan isu tersebut, termasuk di Indonesia.

Memprihatinkan dan menyayangkan jika, umat Islam apalagi penguasa negeri-negeri muslim termakan propaganda ISIS yang merupakan rancangan besar zionis Yahudi untuk memfitnah dan upaya menghadang dan menghalangi tegaknya khilafah ajaran Islam yang akan mewujudkan rahmatan lil alamin.

Allah Ta’ala berfirman,

{هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ}

“Dialah (Allah Ta’ala) yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya (agama itu) atas semua agama (lainnya), walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya“. (QS at-Taubah: 33, dan QS ash- Shaff: 9).

Wallahu 'alam bish shawab.
Previous Post Next Post