Seni dan Kebebasan dalam Sekularisme, Merusak dan Harus Dilawan

Oleh : Siti Nurjannah

Karya seni anak indonesia tidak di pungkiri kesuksesan nya, bahkan bisa mengumpulkan piala oscar atas perfilman yang di garap. Namun apakah  prestasi yg di hasilkan memiliki kualitas yang baik dan bermutu bagi generasi muda? Jawabannya tidak, malah bisa di katakan merusak generasi muda. TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR Kucumbu Tubuh Indahku adalah film Indonesia tahun 2019 garapan penulis dan sutradara Garin Nugroho.

Film ini tayang di bioskop seluruh Indonesia pada tanggal 18 April 2019. Namun, baru-baru ini film Kucumbu Tubuh Indahku banyak menuai protes. Melansir dari Kompas.com Film Kucumbu Tubuh Indahku menimbulkan kontroversi, lantaran diduga memuat konten penyimpangan sosial dan film tersebut dapat meresahkan masyarakat karena bisa memengaruhi cara pandang atau perilaku kelompok LGBT yang bertentangan dengan nilai agama.

Sistem sekuler menyuburkan kebebasan yg merusak generasi termasuk melalui seni (perfilman) untuk meraih keuntungan materi, cara apapun akan mereka tempuh untuk menyuburkan faham kebebasan ini, bahkan tidak memikirkan dampak yang akan timbul pada generasi muda yang sedang mencari jati diri. Kurangnya kepedulian orang tua dan keluarga terhadap tontonan & tayangan-tayangan yang di pertontonkan media menambah buruk keadaan, yang mana seharusnya sejak usia dini anak harus di Kontrol dan diarahkan kepada hal hal yang positif dan cenderung ke arah ajaran agama, disitulah anak-anak akan mulai memahami apa arti kehidupan. Pada akhirnya ketika mereka mulai beranjak remaja mereka tidak akan kebingungan mencari jati diri, karena sejak awal sudah di fahamkan hakikat kehidupan.

Sistem Islam memandang keberadaan seni bukan sekedar hiburan, namun alat/sarana dakwah dan pendidikan untuk mencerdaskan umat/generasi dengan Islam. Budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat dan Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan membawa mudlarat di dalam kehidupannya. Sejarah telah mencatat bahwa kejayaan kebudayaan Islam telah berkembang di Eropa pada akhir masa Umawiyah dan dilanjutkan pada masa kekhilafahan Abbasiyah. Banyak instrumen Arab yang diimpor oleh Eropa. 

Lengkap dengan nama Arabnya seperti guittara (guitar), nacaire atau naker (keledrum), adufe (tambourine), Sonja (cymbals), anafil (born, dari kata Arab gam), table atau taber (drum) dan echiquier yang dipandng oleh ahli-ahli musik Eropa sebagai tahap pertama perkembangan piano. Begitu juga dengan perkembangan musik Islam di Indonesia seperti keseniah hadrah yang telah berkembang di kalangan pesantren. Seni hadrah  diperkirakan mulai diperkanalkan kepada masyarakat Indonesia pada abad ke-13 H, dibawa oleh seorang ulama besar dari negari Yaman. Darisini kita bisa menilai perbedaan islam dan sekuler mengenai seni dan budaya. Ummat akan merasakan manfaat yang luar biasa atas seni dan budaya yang di usung oleh ideologi islam, bukan hanya sebagai hiburan semata, tapi disitu pula lah kita bisa berdakwah menyampaikan yang ma'ruf & mencegah dari yang mungkar, yang itu akan terwujud dalam negara khilafah rasyidah.

Wallahu'alambisshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post