Secercah Asa Di Tengah Perenungan

Oleh : Uqie Naima

Hari ini, Ahad 19 Mei 2019, bertempat di Ponpes Al Ashr al Madani, Cimenyan, Bandung, duduk berselonjor kaki di atas bale kayu nan artistik. Dari sini kulihat pemandangan rimbun dan sejuk.

Sejak pagi hari kusiapkan diri mengantar si bungsu interview di ponpes ini. Meski sedikit ada kendala transportasi, namun Alhamdulillah bisa sampai tepat waktu sesuai ekspektasi. Begitu tiba, kami ( aku, ade dan kaka ) dipersilahkan memasuki ruangan mushala. Di sini telah berkumpul beberapa orang tua calon santri beserta rombongannya.

Tidak lama sesudah kata sambutan perwakilan pondok, para calon santri diminta memasuki ruang tes akademik untuk dua jam ke depan. Para orang tua yang mengantar di persilahkan menunggu di bale (semacam villa) di daerah puncak, Bogor atau Lembang, Bandung.

Daya tarik dari ponpes ini, dirasakan ketika memasuki gerbang. Sejuknya mata dengan disuguhi pemandangan bak area wisata dengan penginapannya, membuat jatuh hati. Di samping rimbunnya pepohonan beraneka macam, juga bangunan-bangunan kokoh tegak yang terbuat dari kayu jati. Dari mulai kantor tata usaha, asrama santri, mushala, kelas, bale untuk pengunjung/tamu semuanya menjadi unik dan nyaman. Siapapun yang masuk area ponpes ini terasa sedang piknik atau istirahat di sebuah penginapan tradisional.

Menerawang ke depan, setidaknya ada setumpuk harapan menitipkan buah hatiku menuntut ilmu di pondok ini. Harapan menjadikannya generasi cemerlang penuh semangat perjuangan, penuh motivasi sebagai garda terdepan pejuang Islam, semoga menjadi titik awal yang penuh berkah dari Allah Swt.

Berharap dan bercita-cita di tengah carut marut pendidikan dan suasana tak kondusif saat ini adalah wajib. Kekisruhan ini harus diperjuangkan agar kembali aman dan nyaman dirasakan umat. Masyarakat bukan cuma mengindera tentang kekacauan yang terjadi saat ini, tapi juga berupaya mengetahui penyebab semua itu terjadi hingga mencari solusi terbaiknya.

Mendapat informasi dari salah seorang guru ade, diperoleh data bahwa tahun ini banyak siswa/i yang melanjutkan ke ponpes. Dengan beragam alasan dan argumen tentunya. Ada yang beralasan karena  repotnya 'zonasi', meminimalisir atau bahkan menjauhkan dari pergaulan bebas remaja, gadjet maniak dan game-nya atau benar-benar ingin menjadikan calon pribadi sholeh/ah hingga menjadi kader ulama.

Beragamnya motivasi memasukkan putra dan putri oleh orang tua mereka ke pondok pesantren patutlah diapresiasi secara positif. Pasalnya, keinginan masyarakat terkait kurikulum pendidikan yang ada di negeri ini tidak bisa membuat nyaman. Bukan saja secara akademik namun juga secara sosial. Nilai bagus tidak diimbangi akhlak yang baik. Kasus free-sex, tawuran pelajar, bulliying adalah beberapa contoh kasus yang terus menjadi berita nasional. Apalagi jika wacana penghapusan pelajaran agama digoalkan.

Pendidikan pesantren di era pendidikan sekular-liberalis sekarang ini mungkin menjadi salah satu alternatif meski sebetulnya bukan solusi solutif. Terealisasinya harapan dan cita-cita  hanya akan terwujud jika aturan dan kurikulumnya adalah kurikulum Islam. Kurikulum yang di sosialisasikan ke tengah masyarakat berdasarkan keimanan dan ketakwaan hingga terbentuk syakhsiyah islamiyyah pada masing-masing individu terutama pelajar.

Maka, harapan para orang tua membentuk putra/i nya unggul dalam segala keilmuan dan akhlak haruslah dibarengi dengan pendidikan aqliyah maupun nafsiyah. Membentuk pribadi dengan pola pikir dan pola sikap islami harus melalui pembinaan secara kontinue dengan dukungan kurikulum Islam dibawah kebijakan Institusi Islam, bukan yang lain. Mengapa? Karena Islam sangat menghargai ilmu dan memuliakan penuntut ilmu. Bersama umat, negara  menerapkan aturan Islam, menyongsong kebaikan dunia dan akherat, mengembalikan peradaban dan cahaya Islam dengan landasannya  aqidah Islam bukan kapital/ materi.

Dari sinilah cikal bakal tegaknya Kalimatillaah, bersama pengemban dakwah, mujahid dan mujahidah.

Allah Swt berfirman :
".....Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (TQS. Al- Mujadilah [58]:11).
Wallahu a'lam bi ash shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post