Ramadan Tanpa Khilafah, Israel Terus Bombardir Muslim Ghaza

Oleh: Dewi Tisnawati, S. Sos. I 
(Pemerhati Sosial)

Ketenangan untuk menunaikan ibadah puasa pada Ramadhan 1440 H tampaknya belum bisa dirasakan warga Jalur Gaza, Palestina. Mereka diliputi was-was karena gempuran rudal dari militer Israel dalam beberapa hari terakhir. 

Diberitakan AFP, hingga Minggu (5/5) malam, roket Israel terus menghantam kawasan Gaza. Akibatnya 23 warga Gaza meninggal dunia. Termasuk di antaranya seorang perempuan yang sedang mengandung dan seorang bayi. Serangan dari tank dan rudal udara Israel mulai menggempur Gaza sejak Sabtu (4/5). 

Seketika Gaza porak-poranda. Warga yang saat itu tengah disibukkan dengan aktivitas membeli bahan makanan untuk menyambut Ramadhan pecah oleh serangan dan ledakan. Total 6 orang tewas, 2 di antaranya tentara Israel. 

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 3 dari 6 korban tewas adalah bayi Palestina berusia 14 bulan dan ibunya yang sedang mengandung. "Pesawat Israel menembakkan rudal di dekat rumah dan pecahan peluru memasuki rumah, menghantam bayi kami yang malang," kata kerabat ibu dari bayi itu, Ibtessam Abu Arar, dilansir Reuters.

Penderitaan muslim Ghaza berlangsung di depan mata, tanpa ada yang mampu menolong.  Apalagi para penguasa muslim sudah terbelenggu ikatan nasionalisme dan perjanjian rahasia dengan penjajah dan pendukungnya.

Berdasarkan jumlah data penganut agama di dunia tahun 2018, jumlah kaum muslimin, sekitar 1,5 milyar. Banyak, namun tak berdaya seakan buih di lautan. Adanya sekat Nasionalisme menjadikan mereka yang harusnya menjadi satu tubuh, kini tercerai berai hanya memikirkan masalah pribadi negerinya semata.

Kotak-kotak oleh sekat bernama nasionalisme dan kebangsaan inilah yang menjadikan masalah Palestina adalah tanggung jawab bangsa Palestina saja.  Tentara-tentara negeri Islam lumpuh untuk digerakkan guna membebaskannya.

Selalu yang menjadi alasan harus di bawah payung PBB, baru bisa digerakkan. Padahal PBB, merupakan organisasi organ penjajah Barat yang tidak pernah membela umat Islam. Bahkan sekedar mengeluarkan resolusi mengutuk serangan Israel pun PBB tak mampu.

Sungguh memprihatinkan ketika negeri-negeri Islam ini justru melarang warganya untuk keluar membela Palestina.  Bagaimana mungkin negeri-negeri seperti ini bisa diandalkan untuk menolong Palestina?  Tak heran jika Israel semakin brutal terhadap Palestina, karena tak ada yang mereka takuti lagi dari banyaknya jumlah kaum muslimin  hingga mencapai 1,5  milyar yang telah tercerai berai.

Bulan ramadhan semestinya membuat umat  Islam makin bersemangat untuk mewujudkan kemuliaan umat dan persatuan hakiki di bawah naungan Islam, karena selain dinamakan dengan bulan puasa, ramadhan juga disebut dengan bulan jihad dan kemenangan. 

Sebab, kedekatan hamba dengan Allah menjadi salah satu faktor utama dalam meraih kemenangan.  Ada banyak catatan sejarah yang membuktikan mayoritas peperangan dan kemenangan kaum muslimin diraih pada bulan ramadhan. 

Di antara catatan kemenangan tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, Perang Badar Al-Kubro, yaitu pertempuran yang pertama terjadi dalam sejarah Islam. Perang ini berlansung pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah.

Kedua, Fath Makkah (Penaklukan kota makkah) yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-8 Hijjriyah.

Ketiga, Ma’rakah Buwaib, yaitu pertempuran antara kaum muslimin melawan Persia di daerah Buwaib, Irak. Perang yang dipimpin oleh Mutsanna bin Haritsa ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun 13 Hijriyah. Dan masih banyak kemenangan lain yang diraih pada bulan ramadhan.

Demikianlah beberapa catatan sejarah yang membuktikan kemenangan umat Islam di bulan Ramadhan. Semoga catatan ini dapat membangkitkan semangat kita untuk terus melatih jiwa agar lebih siap menjemput kemenangan yang akan membebaskan Palestina.

Sungguh, serangan militer Israel hanya dapat dihentikan dengan serangan militer pula.  Umat Islam di seluruh negeri-negeri muslim di dunia mampu untuk melakukannya.  Mereka memiliki puluhan juta tentara dengan persenjataan yang lengkap. Negeri Islam juga memiliki ratusan juta penduduk yang siap membantu para tentara membebaskan Palestina.

Yang kita butuhkan saat ini adalah satu institusi yang mampu membuat keputusan politik dengan mengirimkan tentara menyelamatkan Palestina. Tanpa dibatasi oleh kebangsaan, warna kulit, atau ras. Tanpa menunggu perintah PBB yang menjadi alat penjajah Barat. 

Bergerak karena disatukan oleh akidah Islam dan perintah Allah SWT untuk berjihad. Institusi tersebut adalah Khilafah Islamiyyah. Dengan Khilafah, Israel tidak akan memandang remeh umat Islam seperti sekarang.

Tak ada jalan lain bagi kita sekarang kecuali menggencarkan perjuangan untuk menegakkan kembali institusi Khilafah Islamiyyah yang akan menggerakkan pasukan untuk menghadapi Israel dan menghancurkannya.  

Dengannya kehormatan perempuan muslim terjaga, dan kelangsungan generasi diwujudkan dalam meraih predikat umat terbaik di sepanjang masa. Wallahu a'lam bish shawab. 

Post a Comment

Previous Post Next Post