Ramadan Dan Turunnya Al-Qur'an

Oleh : Radhiatur Rasyidah, S.Pd.I 
(Anggota Akademi Menulis Kreatif & Pemerhati Generasi)


Marhaban ya Ramadan, tamu agung, bulan yang penuh berkah. Penuh hikmah. Banyak peristiwa penting terjadi di dalamnya. Salah satunya adalah Nuzulul Qur’an (Turunnya Al-Qur'an). Sehingga Ramadan juga sering disebut dengan istilah bulan Al-Qur’an. 


Al-Qur’an, kitab suci kalam Tuhan. Ia merupakan salah satu mukjizat dari Allah untuk Rasulullah Muhammad saw. Al-Qur'an diturunkan melalui perantaraan seagung-agungnya malaikat, Ruh al-Amin Jibril as., kepada sebaik-baik insan, Muhammad Saw. Turun secara keseluruhan ke langit dunia pada sebaik-baiknya malam, lailatul qadar. Tersurat dengan seindah-indahnya bahasa, bahasa Arab.


Nuzulul Qur’an dikatakan sebagai salah satu peristiwa yang sangat penting karena ini adalah peristiwa yang berhubungan dengan turunnya Al-Qur’an.
Mengingat bahwa Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat muslim beriman di dunia, jelas bahwa Nuzulul Qur’an sangatlah penting. 


Al-Qur’an, tidak ada keraguan di dalamnya. Ia adalah pedoman hidup yang akan membawa umat muslim yang beriman untuk membedakan mana yang hak dan mana yang batil.

Ayat pertama yang diturunkan adalah QS. Al-Alaq ayat 1-5 tentang perintah untuk membaca. Sedangkan ayat terakhir yang diturunkan adalah QS. Al-Maidah ayat 3 tentang sempurnanya dien Islam.


Sebagimana yang diterangkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 185 :
“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan yang batil)”. 

Al-Qurtubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan nash yang menyatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadan, sekaligus menjelaskan bahwa AL-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Qadar ayat 1, yang artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.”

Mengenai kapan turunnya Al-Qur’an, ada yang mengatakan terjadi pada tanggal 17 Ramadan, ada pula yang mengatakan tanggal 21, 23, 24 dan seterusnya. Namun, sebagian besar ulama berpendapat bahwa Nuzulul Qur’an terjadi pada tanggal 17 Ramadan. Sehingga secara umum biasa diperingati pada tanggal tersebut. Terlepas dari kapan pastinya tanggal Al-Qur’an diturunkan, yang pasti ia diturunkan pada malam mulia di bulan mulia, Ramadan. Dan yang harus kita fahami bahwa tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk dan pembeda.

Pertanyaannya, apakah saat ini Al-Qur’an sudah menjadi petunjuk bagi manusia dan pembeda antara yang hak dengan yang batil ?

Kaum muslimin tentu mengetahui bahwa disunnahkan untuk banyak membaca Al-Qur’an. Namun demikian tentu bukan hanya sekedar dijadikan bacaan. Al-Qur’an adalah kitab hukum yang berisi petunjuk kehidupan dan hukum-hukum yang menyelesaikan berbagai persoalan hidup manusia.

Jika membaca Al-Qur’an adalah sunnah, maka mengamalkan isinya atau berhukum dengan hukum-hukumnya adalah kewajiban.

Banyak orang hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai bahan bacaan dengan mengharap pahala karena merupakan ibadah. Tetapi tak sedikit yang lalai terhadap apa yang disampaikan di dalamnya. Faktanya, kaum muslimin saat ini sangat jauh dari hukum-hukum Al-Qur’an. Karena dalam sistem hari ini melanggengkan adanya faham pemisahan antara agama dengan kehidupan (sekularisme). 

Kita lihat kalangan remaja misalnya, mereka itu sejatinya adalah generasi penerus peradaban. Di tangan merekalah kelak bangsa ini akan dibawa. Namun realitasnya jauh panggang dari api, remaja saat ini terserang budaya hedonisme (pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup) yang tidak lain berkiblat ke Barat. Lebih-lebih paham pemisahan agama dari kehidupan juga telah bersarang di benak mereka. Karenanya, banyak remaja muslim yang sangat jauh dari agamanya. Mereka tidak memahami hakikat hidup yang sebenarnya. Terlena dalam pergaulan yang semakin menggila. Jangankan memahami isi Al-Qur’an, sekedar membaca saja seolah tak ada waktu.

Sangat disayangkan, di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini, ternyata Al-Qur’an belum menjadi petunjuk dan pembeda dalam berhukum. Ayat-ayat Al-Qur’an masih kalah dibanding ayat-ayat konstitusi.

Banyak yang belum memahami bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang membawa hukum-hukum terbaik dari Allah Swt. Hukum-hukum Al-Qur’an menjamin keberkahan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat.


Memperingati peristiwa pertama kali turunnya Al-Qur’an tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti jejak ulama-ulama salaf yaitu dengan membaca Al-Qur’an, memahami isinya, mengamalkannya serta menghafalkannya.
Allah berfirman dalam QS. Faathir ayat 9, yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.”

Penuturan sahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu tentang apa yang dilakukan Rasul : 

كَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ . رواه البخاري

“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada setiap malam Ramadan, dan selanjutnya ia membaca Al-Qur'an bersamanya.” (Riwayat Al Bukhari)

Jadi, memperingati Nuzulul Qur’an ini tidak harus hanya dengan mengadakan pengajian umum, tablig akbar, ataupun menggelar acara yang bertemakan agama. Melainkan menjadikan Al-Qur’an sebagaimana mestinya, yakni sebagai petunjuk bagi mereka yang bertakwa (Al-Baqarah : 2); penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk dan rahmat serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (An-Nahl : 89); penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (Al-Isra : 82); mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya (Ibrahim : 1).

Oleh karenanya, memperingati turunnya Al-Qur’an itu dengan kita baca, tadabburi, fahami, dan amalkan setiap apa yang terkandung di dalamnya. Tidak hanya untuk diri pribadi melainkan dalam skala bernegara. Dengan demikian, berkah dari langit dan bumi akan diturunkan Allah. 

Hanya saja karena saat ini Al-Qur’an belum dijadikan sebagai hukum, maka tugas kita adalah mendakwahkan dan memperjuangkannya agar bisa diterapkan sebagai satu-satunya hukum yang memberi solusi tuntas atas setiap permasalahan kehidupan. 

Perlu kita garis bawahi bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk yang wajib dilaksanakan. Ia bagaikan peta menuju suatu tempat. Akan sesat jika tidak mengikutinya dan akan selamat jika taat pada arahnnya.

Oleh karena itu, Al-Qur’an bukan hanya sekedar diperingati momen turunnya, melainkan dibaca, ditadabburi dan diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan.
Untuk mengaplikasikannya, tidak lepas dari peran Negara yang siap melaksanakan hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur’an, agar umat hidup sejahtera, berkah, selamat dunia akhirat.

Sehingga, menjadi penting bagi kita untuk menyiapkan diri sebagai generasi Qur’ani yang dirindukan umat. Di tengah arus globalisasi saat ini, pergaulan remaja semakin hari kian jauh dari Al-Qur’an. Saatnya kita pantaskan diri untuk menggapai ridha Ilahi dengan bersama-sama mengkaji apa yang bersumber dari Rabbul izzati.

Wallahua'lam bi asshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post