Ramadan Bulan Taqwa Kaffah



Oleh: Jasli La Jate 
(Member Akademi Menulis Kreatif)

Ramadan adalah bulan istimewa. Bulan yang penuh berkah, ampunan dan kebaikan. Ramadan adalah bulan sucinya umat Islam.

Ramadan adalah bulan dimana seluruh amal kebaikan dilipatgandakan. Bulan dimana pintu surga dibuka selebar-lebarnya dan pintu neraka ditutup serapat-rapatnya serta para setan dibelenggu.

Ramadan adalah bulan diturunkannya Alquran sebagai pedoman bagi umat manusia. Petunjuk ke jalan yang lurus. Pembeda antara yang haq dan yang bathil. 

Ramadan adalah bulan dimana di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadr. Sehingga kaum muslimin harus berbahagia di bulan ramadan ini. Melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya.

Takwa Kaffah 

Ramadan adalah bulan ketaatan. Bulan dimana diwajibkan berpuasa agar dengan ini dapat meraih takwa. Sebagaimana firman Allah Swt,

ÙŠٰٓـاَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِÙŠْÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆْا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÚ©ُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ Ú©َÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّØ°ِÙŠْÙ†َ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÚ©ُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَتَّÙ‚ُÙˆْÙ†َ ۙ 
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".
[QS. Al-Baqarah: Ayat 183]

Sesuai dengan ayat di atas, berpuasa dapat mengantarkan kepada derajat ketakwaan. Allah tidak mungkin menyalahi janjiNya bahwa ketika kita berpuasa dengan benar (sesuai tuntunan Allah dan RasulNya), dan ikhlas karena Allah Swt, maka takwa akan terwujud pada setiap individu.

Lantas apa itu takwa? 
Imam ath-Thabari, saat menafsirkan ayat di atas, antara lain mengutip pernyataan Al-Hasan, “orang-orang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja yang telah Allah haramkan atas diri mereka dan melaksanakan perkara apa saja yang telah Allah titahkan atas diri mereka.” (Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân li Ta’wîl alquran, I/232-233). 

Berkaitan dengan takwa pula, Baginda Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Muadz bin Jabal ra. saat beliau mengutus dia ke Yaman:

اِتَّÙ‚ِ اللهَ Ø­َÙŠْØ«ُÙ…َا ÙƒُÙ†ْتَ
Bertakwalah engkau kepada Allah di manapun engkau berada… (HR at-Tirmidzi).

Terkait dengan frasa *ittaqilLah* (bertakwalah engkau kepada Allah) dalam potongan hadis di atas, banyak ciri/sifat yang dilekatkan kepada orang-orang bertakwa (Muttaqîn). 

Orang bertakwa antara lain adalah orang yang mengimani yang gaib, mendirikan shalat, menginfakkan sebagian harta, mengimani alquran dan kitab-kitab yang Allah Swt turunkan sebelum al quran dan meyakini alam akhirat (QS al-Baqarah [2]: 1-4). 

Orang bertakwa juga biasa menginfakkan hartanya pada saat lapang ataupun sempit, mampu menahan amarah, mudah memaafkan kesalahan orang lain, jika melakukan dosa segera ingat kepada Allah Swt dan memohon ampunan-Nya serta tidak meneruskan perbuatan dosanya (QS Ali Imran [3]: 133-135). 

Tentu masih banyak ciri/sifat orang bertakwa yang disebutkan di dalam alquran maupun as-Sunah. 

Adapun terkait frasa *haytsuma kunta*, secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa kata haytsu bisa merujuk pada tiga: tempat (makan), waktu (zaman) dan keadaan (hal). Karena itu sabda Baginda Rasul saw. kepada Muadz ra. tersebut adalah isyarat agar ia bertakwa kepada Allah Swt tak hanya di Madinah: tak hanya saat turun wahyu-Nya, tak hanya saat bersama beliau, juga tak hanya saat dekat dengan Masjid Nabi Saw. Namun, hendaklah ia bertakwa kepada Allah Swt di mana pun, kapan pun dan dalam keadaan bagaimana pun  (‘Athiyah bin Muhammad Salim, Syarh al-Arba’in an-Nawawiyyah, 42/4-8).

Dengan demikian, ketika selesai bulan suci Ramadan maka idealnya setiap yang berpuasa akan bertakwa yaitu melaksanakan seluruh perintah Allah dan meninggalkan seluruh laranganNya. Semua aturan Allah  baik ibadah, akhlak, muamalah diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. 

Namun jika kita lihat di sekitar kita, usai Ramadan bukan ketaatan yang semakin bertambah malah sebaliknya pengingkaran atas hukum Allah. Bekas-bekas ramadan hanya bertahan seminggu atau paling banter sebulan. Setelah itu tamat. Selesai.

Salat mulai ditinggalkan. Menutup aurat dan mengaji hanya pada saat pergi ke majelis taklim. Ini bagi yang ikut pengajian. Judi, miras mulai lagi di konsumsi. Zina dimana-mana. Praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepitisme) kembali dijalankan. Dan berbagai hal yang tidak mencirikan sebagai seorang yang bertakwa. 

Mengapa semua ini terjadi? Inilah akibat sistem kapitalisme sekularisme. Memisahkan agama dari kehidupan. Orang taat ketika Ramadan saja. Berbicara agama hanya di tempat-tempat tertentu.
Ditambah lagi pemimpin yang taat syariat. Tidak mengikatkan aturannya sesuai Islam.

Di sinilah pentingnya kita taat bukan hanya taat individu namun taat kolektif, taat seluruh masyarakat. Hal ini dapat terwujud dengan menerapkan syariat Islam secara komprehensif dalam bingkai khilafah. Saatnya kita berjuang secara total agar taat bisa total dengan kembali menerapkan sistem Khilafah ala Minhaj an Nubuwwah. Allahu Akbar.

Post a Comment

Previous Post Next Post