Dakwah Dan Pengembannya

Oleh: Oom Rohmawati 

Melaksanakan tugas dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim, setiap muslim yang baligh, berakal, baik laki-laki atau perempuan memiliki kewajiban yang sama.  Mengemban tugas tersebut berarti menyambungkan tugas Rasulullah SAW untuk menyampaikan (dakwah). 

Dimata Allah SWT berdakwah memiliki predikat mulia sebagai mana firman-Nya: QS: Ali-imran: (3):110). "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Alhi kitab beriman tentulah lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik." Apapun profesi seorang muslim tugas dakwah ini tidak boleh di tinggalkan, semua berkewajiban untuk menyampaikan atau dakwah dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. 

Ini harus menjadi jalan hidup bagi setiap muslim dan senantiasa mewarnai setiap perilaku dan aktivitas. Dalam QS: Al-Baqarah: (2):108). "Apakah kamu hendak meminta kepada rasulmu (Muhammad) seperti halnya Musa (pernah) dimintai (Bani israil) dahulu? Barang siapa mengganti keimanan, dengan kekafiran maka sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus. Dalam ayat ini seorang muslim mengikuti tuntutan Rasulullah SAW atas dasar basyirah yaitu ilmu keyakinan ini artinya dakwah adalah tuntutan Imam yang jika seseorang meninggalkan kewajiban ini maka perlu di tanyakan keimanan-nya . 

Namun dalam pakta di lapangan tidak sedikit yang menyeru menyampaikan dengan predikat ustadz yang di sandangnya tidak sejalan dengan apa yang disampaikan dalam arti ucapan dan perbuatan ustadz tersebut berlawanan, bahkan tak jarang sikap dan lisannya menyakiti hati dan perasaan yang lain, tidak mencerminkan bahwa dirinya seorang yang menyerukan kebenaran, ini membuat saya mengibaratkan mereka bagaikan sebuah lilin yang menerangi kegelapan disekitar tapi badannya sendiri terbakar, dan masih mending kalau ada yang merasa diterangi setidaknya pahala yang diterangi akan kembali padanya, tapi bahayanya bagi yang berpikir sempit dan banyak menuntut bukan tersinari mungkin akan semakin menjauh dari kebenaran karena apa yang disampaikan hanya lesing saja. 

Ini malah menodai predikat sebutan ustadz? Bahkan Allah SWT sangat membenci sifat tersebut, ini difirmankan QS: As-Saff: (61):2-3). "Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. (Itu) sangat dibenci di sisi Allah, jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."  Bayangkan Allah SWT sangat membenci perbuatan tersebut, karena bisa menyesatkan umat. 

Namun tidak semua orang yang menyeru menyampaikan kebenaran seperti itu, karena masih banyak orang-orang yang beramal ma'ruf nahi mungkar dengan baik dan tulus bahkan tidak punya predikat sebutan ustadz tapi mereka senantiasa istiqomah dengan apa yang dipahaminya dan disampaikannya. Hanya sayangnya orang-orang seperti ini yang justru mendapat penentangan, penolakan, sampai kebencian dari masyarakat yang awam dan para petinggi para intelektual Masjid-nya. Padahal di ayat selanjutnya QS:As-Saff (61): (4). "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kukuh." 

Mereka mencintai Allah, Rasul Allah dan agama Allah (Islam). Sehingga cinta dan benci ke makhluk cinta dan bencinya karena Allah, apa yang Alloh perintahkan dan apa yang Allah larang dijadikan patokan dalam setiap aktivitasnya.

 Loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya:pada saat yang sama berlepas diri dari kekufuran dan pengembanannya. Sifat ini digambarkan oleh Rasulullah SAW. Sebagai ikatan keimanan yang paling kokoh. Rasulullah SAW, bersabda:" Ikatan Iman yang paling kuat adalah loyalitas kepada Allah dengan mencintai dan membenci karena Allah ( *HR. al-Hakim dan* *ath-Thabarani* ). 

Orang-orang seperti ini akan merasakan manisnya iman, istiqomah mendakwahkan agama Allah dengan metode yang yang dicontohkan Rasulullah SAW. (Lihat: QS Ali-Imran (3):104). Dan mereka yakin akan adanya pertolongan Allah" Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (Din) Allah, maka Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian. " (QS:Muhammad (7):7). 

Keimanan inilah yang mendorong seseorang Menolong agama Allah, rasulullah syariah serta saling nasehat menasehati dalam kebaikan. Didalam firman-Nya Allah SWT menginformasikan akan menganugerahkan rahmat-Nya kepada mereka yang menegakkan amal ma'ruf nahi mungkar, dengan lembut dan niat yang ikhlas. Hal ini disebutkan sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Ini gambaran betapa istimewanya umat baginda Rasulullah SAW menyatukan visi dan Misi untuk menegakkan kehidupan Islam. Mereka membenci keburukan hanya untuk Allah.
 Sebagai mana disifati dalam firman-Nya. (QS al-Hujurat (49:7)." Akan tetapi, Allah menjadikan kalian mencintai keimanan, menjadikan keimanan itu indah didalam hati kalian serta menjadikan kalian benci kekufuran, kefasikan, kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. 

Maraknya orang-orang yang mempersekusi dakwah dan para pengembannya, ini menunjukkan bahwa minimnya pemahaman sebagian umat terhadap agama akibat dari sekuler, kapitalis, serta liberalis yang telah melekat. Cinta karena Allah dan Rasul-Nya tidak bisa di buktikan justru kembali pada kebatilan: (1) Syubhat (pemahaman yang bertentangan dengan ajaran islam). (2) Syahwat (jabatan, materi dan yang lainnya). Siapa yang mempersekusi dakwah berarti dia meniti jalan setan (QS an-Nur (24):21), karena mencontoh karakter perbuatan kaum munafik (QS at-Taubah (9):67). Dan meniru kaum kuffar dalam firman-Nya:" Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya. (QS As-Saff (61):8). 

Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang kaum Yahudi, Nasrani dan musyrik. Ketiga golongan ini berupaya menguasai tempat-tempat ibadah tujuannya agar manusia lupa dari mengingat Allah, inipun pernah dilakukan kaum musyrikin terhadap Rasulullah SAW. Ketika di Baitul Haram (Ka'bah) dalam kekuasaan mereka. Lalu mereka melarang Rasulullah SAW. dan para sahabatnya untuk beribadah di Ka'bah. 

Syaikh'Atha bin Khalil menguraikan lebih lanjut, bahwa tidak ada yang lebih dzalim daripada orang yang menghalang-halangi kebenaran terucap di rumah-rumah Allah, dan berupaya menghancurkan tempat-tempat ibadah (masajid). Sama saja apakah berupa penghancuran fisik _seperti merobohkan-nya _atau penghancuran non fisik dengan menjadikan tempat-tempat ibadah itu dijauhkan dari seruan kebenaran dan malah sebaliknya jadi tempat seruan kebatilan. Oleh karena itu perbuatan tercela ini wajib di jauhi oleh mereka yang mengaku mengimani Allah SWT. Karena perbuatan tersebut bertentangan dengan tuntutan keimanan dan persaudaraan kaum beriman. Dalam (QS:al-Hujurar (49):10). Dan Sabda Rasulullah SAW "Janganlah kalian saling membenci dan saling berselisih. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara *(HR al-Bukhori dan Muslim).* 
Kini sudah saatnya umat sadar dan kembali pada jalan yang benar janganlah terperdaya oleh musuh-musuh Islam baik dari kalangan munafik dan kaum kuffar, jangan tertipu dan terpedaya, karena mereka para pengikut setan. Wallahualam bish-shawab []

Post a Comment

Previous Post Next Post