Ramadhan, Meniti Jalan Perubahan

Dibalik Manisnya Si Kental Manis
Penulis : Siti Aisah, S. Pd
(Member AMK3 Chapter Bandung)

Perhelatan pesta demokrasi baru saja usai. Tapi ternyata masih menyisakan puing-puing permasalahan yang sampai saat ini belum saja berakhir. Klaim pernyataan kemenangan dari dua belah pihak pun terjadi. Kubu 02 dengan yakin mendekralasikan kemenangannya pada kamis sore (17/4) ”Kami mendekralasikan kemenangan sebagai presiden dan wakil presiden berdasarkan perhitungan Real Count lebih dari 52 persen”. Tutur prabowo di rumah pemenangannya di Kertanegara IV, Jakarta. Namun hal yang nampak berbeda dikubu 01, seperti tidak yakin akan kemenanganya, pihak petahana malah mengajak semua pihak untuk menunggu hasil perhitungan suara nasional. Walaupun hasil dari hitungan cepat (Quick count) yang beredar ditelevisi swasta /nasional dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ma’ruf.

Semestinya ketika pencoblosan telah berakhir maka harusnya tidak ada lagi perdebatan antar dua kubu ini, karena sejatinya hanya menunggu hasil pengumuman saja. Ternyata fakta dilapangan jauh berbeda. Keganjilan demi keganjilan terus saja berseliweran didunia maya. Diawali dengan kasus kertas suara yang menjadi sampah karena sudah tercoblos salah satu pasangan, lalu ada kertas suara yang habis dimakan api, serta beberapa kotak suara yang rusak akibat diterjang banjir tak luput dari sorotan media. Dan diakhiri dengan saling adu data C1, dan klaim kemenangan antar dua kubu. Ketua KPU Arief Budiman mengatakan bahwa menurut undang-undang paling lama 35 hari setelah pemungutan suara dilakukan KPU sudah haru diumumkan. Cipinang, Jakarta Timur (17/4)

Sambil menghitung suara nasional yang dilakukan secara transparan, jujur dan adil seperti jauh panggang dari api. Karena berbagai konflik terjadi akibat perhitungan suara yang tidak menentu, pihak penyelenggara hitung cepat, diwarnai dengan kecurangan-demi kecurangan agar bisa membuat petahana masih duduk manis disinggasananya selama lima tahun kedepan.lembaga survei tersebut menggiring opini masyarakat, sehingga opini yang beredar ditengah masyarakat bahwa Jokowi-Ma’ruf adalah presiden dan wakil presiden periode 5 tahun kedepan.

Lantas bagaimana nasib rakyat saat ini ditengah kacaunya perpolitikan negeri ini. Meskipun diantara dua kubu terdapat ulama, tapi tidak menjadi jaminan bahwa yang akan diterapkannya ketika berkuasa yaitu sistem islam. Maka ketika pijakannya masih tetap liberalisme-kapitalisme dan sekulerisme maka siapapun pemimpinnya tidak akan ada perubahan. Karena belajar dari pemilu-pemilu sebelumnya pun tak bisa berbuat banyak. Sistem ini memberi peluang memunculkan berbagai kebohongan apalagi dalam hitungan hari akan ada tamu bulan akbar yakni Ramadhan akan segera tiba. Tidak terpengaruh dengan hasil perhitungan KPU yang akan diumumkan nanti, fokus pada bulan agung ini adalah ibadah, karena bulan ini sangat istimewa bagi kaum Muslim. Ganti presiden ataupun presiden dua periode tidak akan mengubah apapun, sebab sistemnya masih sama.

Rasulullah saw ketika bulan Ramadhan tiba, bersabda bahwasanya Allah Swt. akan senantiasa menaungi kaum Muslim dengan segala keagungan-Nya. Bahkan tak tanggung-tanggung pahala amalan sunnah pada bulan ini setara dengan pahala amalan fardhu pada bulan lain. Sedangkan pahala amalan fardhu sendiri akan  dilipatgandakan. Bukan hanya itu saja keagungan di bulan ini terdapat satu malam yang sama seperti seribu bulan yakni Lailatul Qadar dan bahkan lebih baik. Ramadhan merupakan salah satu syiar Islam yang mampu menumbuhkan semangat persatuan seluruh kaum Muslim dari ufuk barat hingga ufuk timur. Dengan itu kaum Muslim bisa menjadi sadar, bahwa mereka adalah satu tubuh/ satu umat. Sehingga adanya pengkotak-kotakan negeri umat dalam bungkus nasionalisme/ fanatisme golongan/partai/kelompok, hanya kepentingan sesaat, dan penghormatan/penghambaan  kepada manusia menjadi pudar oleh karena semangat Ramadhan yang satu. Karena itu, sejatinya Ramadhan merupakan wadah penyucian diri (tazkiyah an-nafs) bagi kaum Muslim secara serentak di seluruh penjuru dunia.

Shaum, Syariah dan Khalifah adalah Benteng
Rasuullah saw. bersabda:
»اَلصِّيَامُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ فَمَنْ اَصْبَحَ صَائِمًا فَلاَ يَجْهَلُ يَوْمَئِذٍ«
Shaum adalah benteng dari api neraka. Karena itu, siapa saja yang berpuasa, janganlah hari itu berlaku jahil (melakukan perbuatan jahiliyah) (HR an-Nasa’i).

Imam as-Suyuthi di dalam kitab Syarah Sunan an-Nasa’i memaknai hadis tersebut dengan menyatakan, ”Janganlah ia melakukan perbuatan-perbuatan orang jahil.” Di antara sikap orang jahil adalah ketika disuruh mengimani Allah dan syariah-Nya, mereka menolak dan menganggap orang-orang yang menaati-Nya sebagai orang bodoh (sufahâ’). Padahal kata Allah, merekalah yang bodoh itu (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 13). Jadi, jelaslah shaum merupakan benteng bagi kaum Mukmin.
Namun, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tidak cukup hanya shaum yang menjadi benteng. Rasulullah saw. menyatakan bahwa perlu ada benteng lain. Itulah Imam/Khalifah yang menerapkan Islam. Beliau bersabda:

»‏إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ ‏ ‏يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ«
Sesungguhnya Imam/Khalifah itu adalah benteng, tempat umat berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya. Jika ia memerintahkan ketakwaam kepada Allah ’Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya pahala. Jika ia memerintahkan selainnya, ia celaka. (HR Muslim).

Jelas, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa pemimpin dan pejabat semestinya justru menjalankan syariah Islam, bukan malah anti syariah. Jika tidak, wajar belaka jika umat kehilangan benteng. Muaranya, mereka dijadikan rebutan oleh pihak asing imperialis bersama para koleganya dari putra-putri Islam sendiri.

Karena itu, upaya penegakan syariah secara kâffah dalam naungan Khilafah Islamiyah semestinya menemukan momentumnya pada bulan Ramadhan. Dengan itulah umat mempunyai benteng. Dengan benteng itulah umat secara pribadi terjaga serta secara kolektif maju, makmur dan terbebas dari penjajahan Kapitalisme global. Sebaliknya, sikap anti-syariah dengan berbagai bentuknya merupakan pengingkaran terhadap Allah sekaligus penodaan terhadap kesucian dan kemuliaan bulan Ramadhan. Na‘ûdzu billâh min dzâlik. []

Post a Comment

Previous Post Next Post