Pluralitas dalam Khilafah, Adakah?

Oleh : Kusmiati, S.Pd

Isu khilafah terus di goreng akhir-akhir ini. Kata khilafah pun bak sang primadona. Tapi ada segelintir orang yang berusaha menggelincirkan makna khilafah. Mereka berusaha untuk mengkhilafah phobiakan dengan mengatakan bahwa khilafah itu anti pluralitas. Bahwa di dalam khilafah tidak ada agama yang lain kecuali islam. selain yang beragama islam tidak di perbolehkan hidup dalam naungan khilafah. 

Seperti yang dilansir kumparan.com,  bahwa keberagaman dalam khilafah itu mustahil,  khilafah meniadakan keberagaman dan tuduhan-tuduhan itu jelas tanpa dalil. 

Apakah benar demikian? 
Sebelum kita mengupas jauh terkait dengan apakah di dalam khilafah tidak ada keberagaman. Terlebih dahulu kita mengupas  bagaimna pengelolaan keberagaman didalam sistem sekuler sekarang ini yang sangat berbahaya. Dilihat dari Fakta, Kita ambil contoh pelaku LGBT ( Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Mereka tumbuh subur dengan dalih keberagaman. Dengan dalih pluralitas kaum yang sangat berbahaya ini tumbuh subur dan semakin berkembang di dalam negeri sekuler seperti indonesia. Padahal kita ketahui bahwa kaum ini sangat di laknat oleh Allah SWT. 

Tidak hanya itu,  pengelolaan yang salah terhadap keberagaman akan melahirkan perbuatan yang halal akan di haramkan dan sebaliknya perbuatan yang haram akan di halalkan. 

Menjawab pertanyaan diatas, lantas apakah di dalam islam ada pluralitas? Dan seperti apa pengelolaannya? 
Khilafah (Arab: الخلافة‎, Al-Khilāfah) didefinisikan sebagai sebuah sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. (Wikipedia). 

Di dalam khilafah tentu ada pluralitas karena pada kenyataannya yang hidup didalam khilafah tidak hanya yang muslim saja melainkan juga yang non muslim. Bahkan mereka di lindungi hak-haknya oleh khilafah. 

Salah satunya di contohkan oleh seorang sahabat Rasul yang saat itu menjabat sebagai khalifah. Beliau adalah  khalifah umar bin khattab. Ketika itu ada orang Yahudi yang mengadukan kepada beliau tentang tindakan yang dilakukan oleh gubernur Mesir Amr Bin 'ash yang menggusur rumahnya untuk memperluas Masjid walaupun pada saat itu orang Yahudi itu mendapatkan ganti rugi. Tetapi ketika orang Yahudi itu bertemu dengan Umar dan mengadukan semuanya, Umar memberikan tulang yang berbentuk horizontal dan vertikal. Walaupun orang yahudi itu tidak mengerti apa yang dimaksudkan tetapi hal tersebut tetap di sampaikan kepada sang gubernur mesir. 

Dengan terheran-heran orang yahudi bertanya kepada Amr Bin 'Ash setelah rumahnya di kembalikan. Lalu Amr Bin Ash menjawab " Ini adalah teguran Umar kepada ku. Layaknya tulang yang berbentuk horizontal ini bermakna aku harus berlaku adil, jika tidak dia akan memenggal kepala ku seperti tulang yang berbentuk horizontal ini. 

Ini hanya sebagian dari pada perlakuan khilafah dalam menjamin keberagaman dan pluralitas dalam khilafah sebagai realitas, dikelola dengan tuntunan syara untuk melahirkan kebahagiaan tanpa diskriminasi. Jadi tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh segelintir  orang terhadap khilafah yang anti pluralitas sangatlah keliru. 
Wallahu 'alam

Post a Comment

Previous Post Next Post