Menghadapi Perang Istilah?

Oleh Rini Yuningsih

Bismillah,
Apa yang dimaksud dengan perang istilah?
Penting untuk kita ketahui, agar kita mampu bersikap. Dalam istilah bahasa arab perang istilah disebut sebagai Harb al Musthalahat, yaitu menimpakan bahaya dan kehancuran pemikiran serta politik kepada lawan yang dijadikan sasarannya. Caranya yaitu dengan menggunakan istilah sebagai alat untuk melemahkan, menyesatkan atau mencitraburukkan lawan sekaligus mengaburkan pandangan agar terlihat salah padahal benar dan sebaliknya terlihat benar padahal salah.

Perang istilah ini digunakan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan melenyapkan Islam sebagai agama sekaligus sebagai Ideologi yang mengatur kehidupan individu/keluarga, masyarakat dan negara sampai ke akar-akarnya. Ini merupakan agenda besar bagi musuh-musuh Islam dengan tidak melewatkan satupun kesempatan yang mereka gunakan untuk menyerang Islam dan kaum Muslim. Tak satu pun celah kecuali mereka masuki, terperinci dan tersusun rapih sampai ke detail-detailnya.

Sebenarnya perang istilah ini sudah digunakan oleh musuh-musuh Islam sejak awal perjuangan Nabi SAW selama di Makkah dan Madinah. Saat Rasulullah mulai berdakwah menyebarkan dan mensyiarkan Islam sebagai agama serta ideologi. Kaum Quraisy di Makkah menyerang Rasulullah dengan perang istilah yaitu mempropagandakan bahwa Muhammad adalah  tukang sihir, dukun bahkan gila, dengan tujuan agar kaum Quraisy tidak mempercayai ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Mereka (kaum Quraisy) tidak suka agama mereka tergantikan dengan agama baru. Kedudukan serta ketokohan mereka tidak mau terusik gara-gara Rasulullah. Tukang sihir, dukun, dan gila menjadi pilihan istilah yang ditujukan pada Rasulullah, yang sebenarnya mereka sendiri sangat menyadari apa yang mereka tuduhkan pada Rasulullah itu tidak tepat. Karena tanda-tanda bahwa Rasulullah itu tukang sihir, dukun, serta gila, sulit mereka buktikan.

Sejarah berulang. Kejadian pada masa Rasul terjadi lagi pada saat ini. Islam dihadapkan dengan berbagai perang istilah, seperti istilah *jihad* dan *khilafah* adalah contoh yang paling tampak. Jihad mereka identikkan dengan aksi bar-bar, juga dikaitkan dengan aksi radikal sampai terorisme. Akibatnya sebagian umat Islam ataupun umat lain ketika mendengar istilah jihad menjadi berpendapat dengan makna konotasi buruk tersebut. Padahal jihad adalah ibadah yang paling mulia didalam islam. Bahkan Nabi SAW, menyebut jihad dengan Dzirwah Sanam al-Islam (Puncak Amal Tertinggi dalam Islam).

Demikian pula dengan istilah khilafah. Khilafah merupakan ajaran Islam yang mendatangkan rahmat. Khilafah adalah kewajiban terbesar dalam agama (Ahamm al-wajibat). Tapi oleh musuh-musuh Islam khilafah diidentikkan dengan hal-hal buruk, dikesankan dengan dinasti otoriter, penuh dengan kekerasan, hukumnya tidak manusiawi, tidak modern/terbelakang, kembali ke jaman batu, berdarah-darah, dan lain sebagainya. Umat Islam yang terpengaruh tidak sedikit yang akhirnya takut dengan perjuangan penegakkan khilafah. Padahal Barat lah  sebenarnya yang sangat takut jika khilafah tegak, karena akan menggulung kekuasaan mereka di muka bumi.

Sejarah telah mencatat, kaum Muslimin dibawah naungan khilafah berabad-abad lamanya berada dalam ketentraman, keamanan, serta diliputi suasana ruhiah yang tinggi. Khalifah, serta rakyatnya bersama-sama mempersembahkan amal terbaik dalam kehidupannya untuk Allah dan Rasulnya. Kafir dzimmi dibawah naungan khilafah mereka pun tentram bisa menjalankan kepercayaannya tanpa takut dipaksa oleh khalifah, diayomi kehidupannya sebagaimana kaum Muslimin. Mereka memiliki kedudukan yang sama sebagai rakyat khilafah.

Ketika kekhilafahan terakhir runtuh yaitu kekhalifahan Utsmani, umat islam secara otomatis kehilangan pelindung dan perisainya atau junnah, bagaikan anak yang kehilangan ibunya, berjalan tak tentu arah, tak ada tujuan yang pasti, kepada siapa mereka mengadu, terpecah belah, terjajah, tertindas, menjadi santapan musuh. Musuh-musuh Islam sangat faham jika khilafah tegak, kaum Muslimin akan kembali bersatu dibawah satu kepemimpinan yaitu khalifah. Khalifah akan kembali memimpin jihad memerangi kedzaliman, serta memerangi ketidak adilan, mengembalikan kaum Muslimin pada posisi khairul ummah atau umat terbaik. 

Maka dengan berbagai cara dan strategi diantaranya perang istilah musuh-musuh Islam tidak ingin Islam bangkit dan berjaya lagi. Dengan upaya-upaya busuk mereka gunakan, sekaligus untuk menutupi kebusukan ideologi kapitalisme yang mereka agungkan. HAM yang mereka gembar gemborkan bisu kalau korbannya umat Islam. Ketiadaan khilafah, militer yang ada di negeri-negeri Islam seolah terkunci tidak bisa bergerak membela saudaranya. Padahal Rasulullah SAW bersabda: "Perumpaan seseorang mukmin (dengan mukmin lainnya) dalam hal cinta kasih dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila (ada) salah satu bagian tubuhnya menderita (sakit), maka (akan dirasakan) oleh seluruh bagian tubuh lainnya dengan panas dan demam". (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari paparan di atas, sudah semestinya kaum Muslimin tidak terkecoh dengan perang istilah yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam. Untuk menghadapinya, kaum Muslim harus berpegang teguh (ber-iltizam) pada istilah syar'i dan membekali diri dengan tsaqofah Islam yang kaffah, disertai dengan al-wa'y as-siyasi al islamy (kesadaran politik Islam) yang memadai. Khusus para ulama dan intelektual Muslim yang mukhlis, hendaknya berjuang keras membongkar agenda Barat dan antek-anteknya melalui Perang Istilah ini. Juga bersama-sama terus berjuang menegakkan Syariah dan Khilafah agar Perisai/Junnah Umat Islam kembali dengan semestinya dan Islam benar-benar menjadi Rahmatan Lil A'lamin.

Wallahu a'lam bi ash-shawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post