Mengapa Membenci Ajaran Islam ?

Oleh : Uqie Naima
(Penulis Bela Islam, “Cintai Islam dan Ajarannya”)

Wahai sahabat, bagaimanakah rasanya jika kita mencintai seseorang tapi seseorang itu  justru sangat membenci kita. Tanpa alasan yang jelas kita di tuduh, di hujat, di caci-maki, di musuhi serta dianggap biang teror hingga menjadi horor. Sedih bukan? Itulah yang tengah di hadapi pengemban Islam Kaffah.

Kesedihan yang kita rasakan mungkin tak seberapa jika dibandingkan sosok mulia nan penyayang, Rasulullah Saw. Jerih payah dan kesabaran beliau tak sedikit di pandang sebelah mata oleh sebagian umatnya. Peremehan risalah yang dibawa Rasul tak cuma datang dari kaum kuffar tapi justru kaum Muslim. Padahal andai saja kaum Muslim tahu bahwa peran beliau begitu agung mengarahkan umat manusia agar selamat dunia akherat dengan tuntunan syara’ yang di embannya, tak sedetikpun hari-hari beliau lewatkan selain memikirkan umat, bahkan sampai akhir hayat menutup mata, tak lepas lisan beliau bertutur lirih, “ ummatii...ummatii..”.

Fenomena membenturkan ajaran Islam, salah satunya Khilafah dan Pancasila kembali menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, terlebih pemangku jabatan di ranah pemerintahan. Pun halnya tokoh-tokoh umat dengan jumlah jamaah terbesar negeri ini tiba-tiba meradang, menolak dan coba menyingkirkannya melalui fitnah keji tak berperasaan. Ada yang mengakui bahwa khilafah adalah ajaran Islam, tapi menolak jika diterapkan di Indonesia. Khilafah di sebut ajaran pemecah persatuan, tidak layak di terapkan dalam sistem demokrasi karena bertentangan dengan Pancasila dan UUD’45, Ironis.

Rasulullah Saw dengan segenap cintanya membawa Islam dengan paket lengkap dan komplit, langsung dari Sang Pemilik Kesempurnaan, Allah Azza Wa Jalla. Umatnya kini mengambil paket itu secara parsial sesuai dengan hawa nafsunya. Islam di Indonesia adalah Islam Nusantara. Yang konon kabarnya sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal, bukan Islam Mekkah saat pertamakali risalah itu turun. Sungguh, tak sanggup rasanya membayangkan Islam ajaran sempurna itu menjadi keping-keping kerakusan manusia liberal. Ada kaum Muslim berperilaku seperti kaum kuffar yang selalu menentang ayat-ayat Allah, menentang thariqah Rasulullah dan menghadang laju dakwah ideologis.
Mencintai Islam dan seluruh ajarannya adalah konsekuensi keimanan sesorang. Tak seharusnya kaum Muslim mencintai sebagian ajaran Islam, namun membenci sebagian ajarannya. Menerima ayat yang satu, tapi mengingkari ayat lainnya. 

Mencintai Rasulullah haruslah ada pembuktian, bukan sekedar tutur kata apalagi dusta, berani mengakui berani pula melaksanakan dengan segenap hati. Risalah Rasulullah berlaku hingga akhir zaman, berisi aturan untuk dijalankan dalam seluruh aspek kehidupan. Hablun MinalLah,   hablun min an-naas dan  hablun bi an nafsihi. Bukan sekedar pelaksanaan ibadah mahdhah tapi juga ghair mahdhah. Bukan hanya akidah, ibadah, malbusaat (pakaian), makanan, minuman tapi juga muamalahnya (ekonomi, politik, sosial, hukum, pemerintahan, kemanan, dll). Lalu mengapa “khilafah” di ingkari ?

Pengingkaran terhadap thariqah Rasulullah dan Khulafa ar Rasyidin terkait sistem pemerintahan Islam “khilafah” menjadi indikasi bahwa kecintaan dan keimanan kepada Allah Swt belum totalitas. Sikap memisahkan rasa cinta kepada Allah dan RasulNya dengan menolak hukum-hukum Islam baik sebagian maupun seluruhnya adalah suatu kemungkaran. Tak sepatutnya kaum Muslim mencintai Allah sementara ia meremehkan RasulNya dengan tidak mengikuti  aktivitas Rasul saw.  Allah senantiasa memuliakan sosok Rasulullah hingga terkadang mensejajarkan beliau dalam keutamaan cinta kepada Allah dan meraih ridhaNya. Berikut Firman Allah Swt dan sabda Rasul Saw :

 “Katakanlah, Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mengampuni dosa-dosa kalian”  (TQS. Ali Imran[3]: 31).

“Belum sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sampai ia menjadikan aku lebih dicintai dari kedua orangtuanya, anaknya dan seluruh manusia” (HR. Bukhari).

Dengan demikian mencintai Allah dan RasulNya haruslah juga mencintai ajaran Islam. Bukan sebagian tapi keseluruhan. Bertauhid kepada Allah, dengan tidak menyekutukanNya harus di barengi dengan menerapkan risalah Nabi Muhammad Saw secara totalitas dalam aspek kehidupan tak terkecuali sistem pemerintahan. Semua itu hanya akan terlaksana manakala ideologi kufur yang menyimpangkan kecintaan dan ketaatan kaum Muslim tergeser, tenggelam  bersama rezim dan sistemnya, berlanjut dengan mewujudkan Khilafah Islamiyyah ‘ala Minhajj an- Nubuwwah.
Wallahu a’lam bi ash Shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post