Keluarga Rasulullah Bukti Nyata Keluarga Ideologis Bukan Utopis

Penulis : Mega Silvia
(Mahasiswi Hukum Ekonomi Syariah UIN SGD Bandung)

Pernikahan merupakan gerbang awal menuju kehidupan baru. Ketika seorang hamba telah menikah artinya dia sudah menyempurnakan separuh agamaNya. Hingga tibalah pada sebuah fase selanjutnya dimana banyak sekali lika-liku yang harus dihadapi dan dilewati. Bak kapal yang berlayar di atas ombak yang berdeburan menghadapi gelombang lautan yang luas. Mengarungi bahtera rumah tangga bukanlah hal yang mudah, terlebih sebagai pasangan suami istri tentunya harus mengetahui visi dan misi rumah tangga yang sesungguhnya dengan tujuan yang mulia yakni, untuk meraih ridha Allah SWT.

Berkaca dari kisah rumah tangga Rasulullah dan para sahabatnya.  Rasulullah merupakan sosok _qowwam_ (pemimpin) yang memahami betul peran dan fungsinya sebagai kepala keluarga.

Bukan hanya sebagai seorang suami, Rasulullah juga merupakan sosok orang tua yang menjadi teladan dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya. Beliau tidak pernah membentak ataupun memarahi anak-anaknya. Kalaupun ada diantara mereka yang melakukan kesalahan, beliau meluruskan mereka dengan baik dan mengesankan.

Dengan karakter kemanusiannya, Rasulullah memberikan contoh-contoh yang nyata untuk menyelesaikan berbagaI permasalahan rumah tangga keluarganya dengan baik. Apa yang diberikan Rasulullah, kemudian diikuti oleh para sahabat, tabi'in dan generasi sesudahnya. Diantaranya adalah Ibnu Abbas, beliau sangat menjaga hak-hak istrinya sebanding dengan kewajiban istri terhadap hak-haknya. Begitupun dengan Ali bin Abi Thalib, yang tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan istrinya.

Namun, melihat fakta yang terjadi saat ini keluarga menjadi sarang terjadinya permasalahan rumah tangga. Keharmonisan dalam rumah tangga nampak hilang, keretakan dalam keluarga sudah menjadi hal yang lumrah antara anggota kelurga. Dalam hal ini, peran keluarga seharusnya menjadi pondisi utama untuk menjaga ketahanan rumah tangga dari berbagai permasalahan yang ada.

Di tengah arus kehidupan yang dimobilisasi oleh sistem yang rusak, menjadikan peran keluarga menjadi lemah. Feminisme dan liberalisme yang merambah pada lingkungan keluarga, seolah-olah menjadi monster yang menakutkan bagi ketahanan keluarga. Hal itu tentu saja akan membawa kerusakan bagi keluarga maupun masyarakat . Maraknya angka penceraian, KDRT, broken home, kesetaraan gender dll menjadi bukti bahwasannya sistem yang ada saat ini membawa dampak yang buruk.

Padahal, keluarga memiliki peran penting dan posisi dalam tatanan sebuah masyarakat. Kehancuran keluarga akan memberi pengaruh terhadap kerusakan masyarakat. Karena keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat. Di tengah sistem yang rusak ini, peran keluarga sangatlah dibutuhkan. Penanaman aqidah Islam yang kuat, dapat menjadi benteng utama untuk mengahadapi serangan-serangan dari luari. Pemenuhan hak dan kewajiban suami dan istri dalam rumah tanggga harus seimbang, tidak boleh tumpang tindih. Karena seringkali para istri diseru untuk taat kepada suami. Namun sebaliknya, tidak banyak diserukan kewajiban para suami untuk memperlakukan istri dengan baik.

Dalam Islam, masing-masing suami dan istri maupun anak telah diatur dan dijelaskan apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka. Jika tujuan dalam rumah tangga didasari dengan pemikiran Islam yag kuat, maka keharmonisan rumah tangga pun akan didapat. Karena tatanan kehidupan masyarakat harus didukung juga oleh rumah tangga yang kuat dan ideologis, yang dilandasi oleh  pemikiran Islam  sebagai pondasinya.

Hal penting lainnya yang tidak bisa diabaikan dalam pembentukan rumah tangga yang kuat dan ideologis adalah adanya peran sistem yang mendukung hal tersebut. Karena sekuat apapun kita berusaha membentuk  dan memelihara  rumah tangga kita dengan ide-ide Islam dan pendidikan Islam yang diberikan kepada anak – anak dan anggota keluarga lainnya, jika sistem yang berlaku ditengah kehidupan keluarga tidak menggunakan aturan Islam, maka akan sulit bagi kita untuk membangun rumah tangga yang kuat. Sebab, jika sistem yang rusak senantiasa mengiringi kehidupan rumah tangga, maka pertahanan dalam keluarga pun akan sulit dibentuk. Pemikiran- pemikiran yang bertentangan dengan aturan islam akan mempengaruhi tingkah laku dan moral anggota keluaga.

Oleh karena itu, penataan kehidupan rumah tangga yang benar juga harus  didukung dengan sistem yang baik pula. Islamlah satu satunya sistem yang tepat untuk  mewujudkan keharmonisan dalam rumah tangga. Karena peran keluarga yang kuat dan ideologis akan mewujudkan rumah tangga yang harmonis sebagai kunci utama kebangkitan umat.

Wallahu'alam bis Ash-Shawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post