Industri Games, Salah Arah Ri'ayah Negara pada Generasi

Penulis : Heni Kusmawati, S.Pd

Baik buruknya sebuah negeri terletak pada generasi muda nya. Ini merupakan pernyataan yang sering kita dengar. Namun apa jadinya jika negeri tersebut kaum muda nya disuguhi dengan hal-hal yang justru itu bisa merusak mereka. Misalnya terkait adanya games online. Apalagi Industri games setiap tahun semakin berkembang. Dulunya keseruan games hanya dinikmati oleh pemainnya namun sekarang penonton pun ikut merasakan keseruannya. Misalnya saja  Olahraga elektronik atau disebut eSport yang dijadikan perdebatan oleh kedua paslon capres-cawapres pada debat kelima beberapa waktu lalu.

Menurut paslon 1 bahwa eSport sangat membantu  pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

“Kita lihat nilai ekonomi eSport tumbuh sangat pesat. Catatan di 2017 perputarannya 11-12 triliun, per tahun tumbuh 35 persen,” ujar Jokowi (IDN Times, 13/4/2019).

Untuk itu, pemerintah terus menggencarkan pembangunan infrastruktur langit seperti Palapa Ring untuk menunjang permainan tersebut karena banyak keuntungan yang dihasilkan di sana.

Dunia online atau digital saat ini ibarat magnet yang bisa membuat banyak orang tertarik untuk menggunakannya. Tidak hanya dari kalangan muda, bahkan anak kecil hingga orang tua pun berkecimpung di dalamnya. Media digital berupa games online misalnya, sangat banyak diminati. Yang dengan hal itu membuat banyak kalangan khususnya kaum muda terlena dibuatnya. 

Dengan hal itu, kaum muda lebih banyak waktu yang terbuang bahkan tidak jarang juga membawa pengaruh buruk bagi mereka. Lagi asyik main, dipanggil oleh orang tua tidak diindahkan, waktu sholat dilalaikan bahkan juga ditinggalkan.

Tidak sedikit pula yang melakukan tindak kejahatan berupa perampokan dengan kekerasan hingga pembunuhan tersebab habisnya uang sebagai biaya untuk bermain games.

Hal ini menunjukkan betapa sistem sekuler kapitalistik saat ini menjadi ajang bisnis. Apapun akan dilakukan demi mendapatkan keuntungan besar serta dengan dalih untuk mendapatkan prestasi, maka perlu diperlombakan. 

Lihat saja apa yang dilakukan oleh negeri kita saat ini, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) menginginkan agar salah satu games (eSport)  masuk ke kurikulum pendidikan untuk mengakomodasi bakat-bakat muda. Bahkan Menpora telah menyiapkan Rp50 miliar untuk menggelar kompetisi-kompetisi di level sekolah (CNN Indonesia, 28/1/2019).

Hal seperti ini menjadi bukti bahwasannya negara sekuler tidak bertanggung jawab melindungi generasi dari kerusakan media "games online". Tentunya berbeda dengan negara yang menjadikan sistem islam diterapkan secara keseluruhan dalam kehidupan. 

Sistem islam akan menjadikan media sebagai sarana untuk menyebarkan atau mengopinikan islam di tengah-tengah masyarakat. 

Dalam islam, media baik digital, massa dan visual menjadi sarana pembelajaran agar masyarakat mampu berpikir secara benar dan merealisasikannya dalam bentuk amal yang sesuai akidah Islam. Dengan itu semua, maka tidak akan ditemukan adanya konten-konten yang bertentangan dengan syariat islam. Semua konten akan disaring terlebih dulu, kemudian ditayangkan lewat media.
Wallahua'lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post