Sisi Lain Dunia Gemerlap Kota Padang

PADANG - Dunia gemerlap bukan lagi kegiatan yang asing di kalangan remaja kota. Tidak sedikit remaja yang menjadikan sebagai bentuk hiburan untuk mencari sumur kesenangan sesaat. Dengan cara menyewa serta disuguhkan beberapa botol minuman beralkohol dari tertentu yang mengadakan, para remaja bisa mendapatkan sedikit percikan manisnya dunia malam. Salah satu hiburan pelengkapnya ialah iringan musik yang selalu berputar sepanjang malam. Biasanya, jenis musiknya mengarah ke Electronic Dance Music atau biasa kita kenal dengan istilah EDM.

Selain mendengarkan musik yang dimainkan oleh dj, juga bisa menjadi sarana untuk para generasi muda agar dapat bersosialisasi dengan orang-orang baru yang umumnya berusia sepantar. Namun dikarenakan biaya untuk kegiatan itu yang terhitung cukup mahal, jenis hiburan ini biasanya dilakukan oleh kalangan remaja yang hidup berkecukupan. Uniknya, hobi di kalangan muda-mudi yang identik dengan menghamburkan uang dan dicap negatif ini, ternyata bisa menghasilkan uang juga lho.

Suatu hari ada acara hiburan nyanyi di salah satu tempat karaoke keluarga. Kami para jurnalis mendapat kesempatan  hadir disitu sambil melakukan investigasi. Senja itu beberapa  wanita cantik yang siap mendampingi saya bernyanyi yang bebas di "apa-apakan" lelaki hidung belang kalau bayarannya disepakati.

Minuman beralkohol juga ada tersedia dan siap dihirup dan memberikan sensasi yang luar biasa bagi peminatnya. Belum lagi ratusan lagu yang siap  dinyanyikan dan menstimulasi otak melepaskan kimia otak yang menghadirkan kebahagiaan.

Sambil duduk di kursi dan meja yang sudah tersusun rapi, masing-masing kelompok asyik dengan pembicaraannya. Sesekali saya perhatikan para gadis itu menghembuskan kepulan rokok yang barusan dihisapnya.

Tak berapa lama datang remaja berusia 13 tahun menemui perempuan berparas cantik di meja sebelah saya. Anak lelaki remaja itu cukup saya kenali wajahnya karena setiap pagi mengantarkan ibunya menyuci kain di warung kopi tempat saya minum pagi di pondok.

Tapi pengalaman itu sedikit memberikan pengalaman sangat berkesan. Penasaran dengan gadis muda itu, suatu pagi saya bertemu ibunya di warkop. Saya tanya juragannya, " Ce, ibu itu punya anak berapa ya  ?" Ujar saya ingin tahu.

Dijelaskan oleh Cece Warkop bahwa tukang cucinya memiliki anak 5 orang. Suaminya sudah meninggal beberapa tahun lalu. Tidak ada keahlian yang dimiliki, sebut saja Minah untuk mengais rezeki selain mencuci kain pada 5 rumah.

Lalu terjadilah komunikasi diantara kami. Minah agak malu bercerita bahwa anaknya berjumlah 5 orang dan yang paling tua berusia 18 tahun membantunya cari uang dengan bekerja di kafe. Apakah Minah tahu pekerjaan tambahan anak gadisnya, saya tidak kejar dengan pertanyaan itu karena saya bisa merasakan dia akan terpojok dan tambah rendah diri.

Dari koko yang semeja minum kopi dengan saya dapatcerita bahwa anak gadis Minah kerja di Tempat Karaoke Keluarga terbesardi kota kami. Mita namanya jelas koko yang kerja di salah satu perusahaan motor besar di Padang. Untuk transportasi malam, Mita diantar dan dijemput adiknya pakai motor kredit itu. Mita tak pernah nunggak dan dia tulang punggung keluarga. Mita harus bayar uang kontrakannya setiap bulan di seberang sana, ujar koko itu lancar.

Berbicara dengan   Minah terbangunlah relasi yang sangat manusiawi. Antara dua orang yang memiliki horison kesadaran. Setiap kali saya berbicara dengan perempuan di sebelah saya, seolah saya mendapatkan pengetahuan baru tentang hidup. Tepatnya sisi lain dari kehidupan saya.

Anak perempuan Minah bernama Mita, mengatakan bahwa ia sudah 3 tahun bekerja di dunia malam. Ia mengaku bahwa ayahnya sudah tidak ada dan ibunya bekerja sebagai tukang cuci di rumah-rumah orang tionghoa dan ibunya mengetahui bahwa ia bekerja di sana.

Saya kaget. Ini jelas dunia yang tidak saya kenal. Lalu bagaimana bisa ? Mita menjelaskan bahwa dia putus sekolah ketika Kelas 8 SMP. Ia masih punya 4 orang adik yang masih sekolah.

Atas ajakan tetangga yang sebaya dengannya, akhirnya mita menjalani profesi sebagai penghibur. Diakuinya bahwa ditempat itu mereka hanya menemani pelanggan nyanyi dan kalaupun ada kegiatan lanjutan maka dilanjutkan di luar tempatnya bekerja. Terserah mau short time ataupun long time, yang penting bayarannya cocok.

Pengakuan Mita, ada juga koleganya dari keluarga berpendidikan dan cukup berada namun broken home karena orangtua bercerai. Bahkan ada ibunya guru SMP Negeri di kota ini dan pernah tertangkap bersama Mucikarinya di salah satu hotel di Jalan Alang lawas. Temannya ini dikembalikan ke ibunya karena masih dibawah umur, namun mucikarinya dihukum karena memperdagangkan orang.

Mita jujur sama saya karena saya bersama Komisi IV DPRD Kota Padang pernah berkunjung ke Polda Sumbar  pada tahun 2016 lalu menemui mucikari muda itu di tahanan wanita Polsek Padang Timur.

Apakah mereka melakukan itu semata-mata dengan alasan ekonomi ? Menurut pengamatan saya tidak, karena gaya hidup memiliki barang mewah juga menggoda.

Makanya saya katakan saya harus memutar otak saya untuk memahami mereka. Ada dari mereka yang menurut saya bisa bekerja lebih baik meskipun penghasilan lebih sedikit, namun risiko pekerjaan yang lebih rendah.

Jika saya bertanya kepada gadis disamping saya soal pendapatan, mereka akan selalu berkata bahwa penghasilan mereka di dunia hiburan sangat mentereng. Bisa jutaan mereka raih dan seterusnya memenuhi kebutuhan hidup dan gaya hidup.

Tapi pada saat-saat tertentu saya tidak jarang menerima SMS mereka meminta bantuan untuk adik mereka yang sedang sakit. Tidak jarang mereka mengirimkan video ketika mereka terbujur di kamarnya oleh karena penyakit maag akut, batu ginjal dan tidak bisa pergi ke dokter karena tidak punya uang. Lalu ke mana uang yang mereka katakan besar itu ?

Mita mengaku bahwa dia ingin dapat ijazah SMA agar bisa melanjutkan kuliah. Saya sarankan agar Mita ikut ujian paket SMA. Ada keinginan melanjutkan pendidikan lebih tinggi pada gadis cantik itu. Keadaan memaksanya berada dipersimpangan kehidupan.

Hingga suatu titik saya akhirnya merasa iba. Mungkin juga bercampur dengan rasa bersalah mengapa saya ada di tempat itu. Saya pun tertantang membuktikan, bukan pada mereka, tapi pada dunia bahwa keajaiban hidup akan selalu ada ketika Anda bersedia melakukan dan berpikir hal yang baik.

Saya mulai mengambil peran yang berbeda. Ingin mengubah mereka yang semula  mencari seorang pria untuk mendapatkan uang menjadi pencari wanita untuk "diubah".

"Hei Mita, kalau kamu mau mengerjakan pekerjaan ini maka kamu akan memperoleh fee sebesar 30 persen dari perusahaan iklan itu. Jika kamu berminat maka saya akan antarkan kamu ke kantor periklanan itu sebagai AE," kataku demikian berharap dia mau mencari pekerjaan yang lebih baik.

Apakah berhasil ? Tidak juga. Ternyata lebih mudah bagi mereka untuk berada di kamar hotel dengan seorang pria yang baru mereka kenal daripada menerima tawaran saya untuk bekerja di kantor. Bagi mereka mustahil ada pekerjaan yang mudah dilakukan. Itu hal yang tidak mungkin.

Bagi mereka dengan alasan pendidikan yang rendah, latar belakang keluarga yang serba susah kadang juga tidak utuh rasanya tidak mungkin mengalami hal-hal seperti itu. Uang besar harus diperoleh dengan pengorbanan besar. Harus jual tubuh. Harus minum. Harus tidur dan seranjang dengan pria tua. Mengorbankan harga diri. Itu adalah pengorbanan yang sebanding untuk tiap lembar uang yang mereka peroleh.

Saya tawarkan pada Mita agar dia mau bekerja sebagai tenaga iklan karena punya keahlian melobi dan berkomunikasi dengan baik.  Strategi yang saya terapkan layaknya menangkar harimau dengan menebar banyak daging di sejumlah mulut perangkap.

Harapan saya Mita mau bekerja di kantor periklanan. Saya memulai melihat kemampuannya. Ia cantik dan sesungguhnya juga smart. Ia mampu berkomunikasi dengan baik. Kemampuannya merayu cukup luar biasa. Maka saya bisa mencetaknya menjadi seorang marketing dan testimoner. Tugasnya adalah mencari orang-orang yang ingin produknya dipasarkan lewat iklan.

Saya berharap Mita bisa berubah suatu ketika dan lalu memberikannya citra yang baru. Emotional support. . Ia mendapatkan kehormatan dan penghargaan yang tidak pernah ia peroleh sebelumnya. Ia tidak lagi dinilai sebagai hanya semata-mata karena kecantikannya melainkan dari profesionalismenya. Dan menempatkan Mita di tempat yang pas dengan passionnya.

Nah, saya tidak sedang menceritakan betapa hebatnya saya bisa mengubah mereka yang tidak beruntung tersebut. Tapi saya mau katakan bahwa ada lho kehidupan lain yang membuat Anda harus berpikir keras untuk memahaminya.

Untuk memahami seorang gadis yang nyatanya menjual tubuh hanya untuk uang yang kasat mata bernilai besar, faktanya tidak lebih dari 5 jutaan, tapi ia harus mengeluarkan uang yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan batinnya yang kosong dengan menjadi pribadi yang konsumtif.

Memahami orang tua yang merestui anaknya bekerja di sebuah dunia yang ada hanyalah para pria buas yang siap memangsa putrinya yang cantik. Memahami anak-anak gadis yang sesungguhnya punya berbagai kelebihan dan dapat bekerja di tempat yang terhormat tapi memilih bekerja di tempat demikian.

Hidup ini sesungguhnya arena peperangan ideologi yang berpeluang merubah mindset Anda. Para gadis ini oleh pengalamannya membangun mindset yang keliru sehingga membuatnya dengan sadar mengambil keputusan yang salah. Bahwa hidup ini melulu untuk mengejar uang dan kekekayaan. Uang dan menjadi kaya adalah segalanya, jika mereka tidak memperolehnya, maka langit akan runtuh.

Dari pengalaman ini juga memberikan saya sebuah pemahaman baru. Bahwa apa yang membuat dunia semakin terbangun gap adalah ketika setiap orang membangun dunianya sendiri dan tidak berkomunikasi satu sama lain.

Orang sukses, membangun dunia dan sekat-sekatnya sendiri. Begitu juga mereka yang kurang beruntung. Mereka sama-sama membangun sinisme sendiri terhadap dunia yang berbeda. Lalu saat mereka bertemu yang terjadi hanyalah relasi impersonal dan transaksional.

Sesungguhnya itu juga yang diperlukan untuk merubah dunia marginal. Hanya perlu orang-orang dari dunia yang lebih beruntung untuk masuk, berinteraksi dengan hati, menyuarakan kebenaran, berjuang untuk orang lain sehingga dunia ini suatu saat akan melebur.

Post a Comment

Previous Post Next Post