Manusia Berulah Alam pun Berulah

Penulis : Sofia Ariyani, S.S 
(Member Akademi Menulis Kreatif)


Bencana terus menggulung bumi pertiwi
Tak henti-hentinya melanda negeri
Gunung-gunung menyemburkan magma amarahnya
Murkanya air membandang semua yang menghadang
Bumi bergejolak mengguncang manusia
Laut menghempas daratan
Alam murka
Tersebab manusia

Seperti tidak ada jeda bencana melanda negeri ini. Belum surut banjir di Ngawi kini banjir bandang menghanyutkan bumi cendrawasih di Sentani. Belum reda Bromo bergejolak pulau Lombok diguncangkan oleh bumi.

Nampaknya tren bencana beberapa tahun belakangan ini adalah banjir. Di Jawa tengah banjir merata di sejumlah wilayah. Di tahun ini mulai dari januari hingga Maret banjir menggenangi wilayah Pekalongan, Kendal, Ngawi, Purworejo, Yogyakarta dan lainnya. Di pulau Sumatera banjir pun menggenangi wilayah Pasaman Barat, Jambi, Medan. Di pulau Sulawesi sendiri tercatat 53 kecamatan di 9 kabupaten tergenang banjir di wilayah Sulawesi Selatan. Di Kalimantan 1 kecamatan tergenang banjir di kecamatan Cempaka, kota Banjar Baru. Dan terakhir banjir membandang Sentani yang telah menelan korban jiwa sebanyak 89 orang.

Detiknews.com melansir, Kepolisian mencatat sebanyak 82 warga menjadi korban tewas dalam bencana banjir bandang di Sentani, Jayapura, Papua. Sementara 7 warga tewas dalam peristiwa tanah longsor di Ampera, Jayapura.

"Dari hasil pencarian tim gabungan TNI-Polri dan Basarnas, berhasil menemukan 82 jenazah korban banjir bandang dan 7 jenazah korban tanah longsor Ampera Kota Jayapura," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal dalam keterangan tertulis, Selasa (19/3/2019).

Jika melihat pola bencana banjir yang menerjang di beberapa wilayah Indonesia tersebab curah hujan yang tinggi ditambah kerusakan alam yang membuat luapan air hujan tidak mampu ditampung oleh daerah resapan air. Sebagaimana banjir di Sentani karena curah hujan tinggi ditambah gundulnya gunung Cycloop akibat ilegal loging dan penambangan. Padahal Bupati Jayapura Mathius Awaitaouw sudah memperingati warganya untuk menjaga gunung Cycloop karena gunung Cycloop adalah kawasan cagar alam namun peringatannya tidak diindahkan.

Dari Detiknews.com, rusaknya ekosistem di Gunung Cycloop sudah berlangsung lama. Padahal kawasan tersebut adalah kawasan cagar alam.

Bupati Jayapura Mathius Awaitaouw mengaku sudah berulang kali mengingatkan warga agar tak mendirikan bangunan di Pegunungan Cycloop karena masuk wilayah cagar alam. Namun peringatan Bupati itu tak pernah diindahkan.

"Sebenarnya sudah ada perda terkait perlindungan kawasan penyangga cagar alam Cycloop sejak tiga tahun lalu dan telah disosialisasi atau disampaikan di berbagai kesempatan, tapi tidak didengarkan," kata Mathius dalam jumpa pers di Kota Jayapura seperti dilansir Antara.

Pembalakan liar, penambangan liar adalah penyebab terjadinya longsoran. Pembalakan dan penambangan liar terjadi karena berbagai faktor. Misal pada pembalakan liar terjadi tingginya permintaan pasar terhadap kebutuhan properti. Pada penambangan liar, memang membuka peluang kerja secara masif mengingat angka pengangguran yang terus meningkat. Di samping pada penambangan liar tidak perlu membayar pajak, retribusi dan royalti kepada negara. Namun dampak yang diakibatkan luar biasa merusaknya.

Pengrusakan dan kerusakan alam pada atmosfer kapitalisme adalah habitatnya. Karena tabiat dari sistem kapitalisme adalah bebas (liberal). Bebas berperilaku, bebas beraqidah, bebas berkepemilikan. Jadi wajar jika rusaknya alam akibat alam yang bebas dikomersialisasi, alam bebas dimiliki oleh siapa pun. Dan sifat lain yang menonjol dari sistem kapitalisme adalah ekonominya. Yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhatikan halal-haramnya. Sumber daya alam bebas untuk dimiliki siapa pun, bagi mereka pemilik modal akan dengan mudahnya mengambil alih sumber daya alam.

Di dalam Islam sumber daya alam tidak boleh dimiliki oleh individu karena di dalamnya menyangkut hajat hidup orang banyak. Apalagi gunung Cycloop adalah kawasan penyangga, jika dirusak ekosistemnya maka yang rusak tidak hanya ekosistemnya melainkan akan menjadi bencana bagi manusia.

“Al-muslimûna syurakâ`un fî tsalâtsin: fî al-kalâ`i wa al-mâ`i wa an-nâri”
Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Ketika sistem kapitalisme masih bercokol di bumi maka tak ayal kerusakan akan terus terjadi, merusak alam juga manusia. Karena sistem kapitalisme bersumber dari akal manusia yang serba terbatas dan lemah.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar Rum: 41)

Hanya aturan Islam yang mampu membuat alam dan manusia hidup beriringan saling memberi manfaat. Karena aturan Islam (Syariat) bersumber dari Yang Maha Pencipta alam semesta dan manusia, Allah SWT. Allah-lah Yang Maha Tahu Segalanya. 

Di dalam Islam negara yang bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Daulah (negara) pun akan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dengan membuka lapangan pekerjaan. Ketika sumber daya alamnya dikelola oleh Daulah maka nanti pekerjanya adalah rakyatnya sendiri tidak mengambil tenaga kerja dari luar negaranya. Oleh karenanya wajib bagi umat Islam untuk menerapkan syariah Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. Penerapan seluruh syariah membutuhkan peran negara karena banyak ketentuan syariah Islam yang berurusan langsung dengan hajat hidup orang banyak, seperti pengelolaan sumber daya alam. Tanpa peran negara yang menerapkan syariah Islam maka rakyatlah yang akan merugi. Sebagaimana yang terjadi saat ini.

Wallahu’alam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post