Propaganda Rusia, Siapa Teriak Apa

Penulis : Tri Silvia 
(Pemerhati Masyarakat) 

Istilah Propaganda Rusia akhir-akhir ini viral di timeline berbagai media sosial dan media massa. Hal itu lantaran pernyataan Jokowi tentang strategi lawan politiknya di pemilihan April nanti.

Pernyataan tersebut keluar ketika beliau bertemu dengan para pendukungnya di Solo, Ahad (3/2). Saat itu, beliau melemparkan tuduhan bahwa lawan politiknya (Prabowo-Sandi) menggunakan konsultan asing dan menerapkan strategi 'Propaganda Rusia'. 

Dalam forum yang sama, beliau melanjutkan pernyataannya dengan mendetail istilah propaganda Rusia. Beliau menyatakan, "Seperti yang saya sampaikan, teori propaganda Rusia seperti itu. Semburkan dusta sebanyak-banyaknya, semburkan kebohongan sebanyak-banyaknya, semburkan hoaks sebanyak-banyaknya hingga rakyat menjadi ragu. Memang teorinya seperti itu." 

Beliau juga menyebut Prabowo-Sandi menggunakan konsultan asing. “Terus yang antek asing siapa? Jangan sampai kita disuguhi kebohongan yang terus-menerus. Rakyat kita sudah pintar, baik yang di kota atau di desa," tambahnya. (Rmol.co, 04/2/2019)

Banyak kemungkinan tujuan dari keluarnya pernyataan tersebut. Salah satunya adalah agar para pendukungnya yang setia tidak terseret arus dan termakan fakta yang diungkap lawan politiknya. Beliau katakan bahwa dengan strategi propaganda Rusia, lawan politiknya akan senantiasa menyebarkan hoaks atau kebohongan untuk menjatuhkannya. Dengan begitu, maka setiap apapun fakta dan pernyataan yang keluar dari kubu Prabowo-Sandi akan langsung ditolak tanpa ditelaah terlebih dulu, sebab dianggap sebagai kebohongan yang tak bisa dipercaya.

Apa yang dilakukan Jokowi sebenarnya sah-sah saja, namun menjadi masalah ketika Jokowi yang notebene masih menjabat sebagai bapak presiden sendiri yang mengungkapkannya. Sebab hal itu dapat membahayakan diplomasi antar dua negara, yakni Indonesia dan Rusia.

Bukan isapan jempol, sebab tak lama setelah pernyataan bapak presiden, Kedubes Rusia di Jakarta langsung bereaksi. "Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas," demikian pernyataan Kedubes Rusia untuk Indonesia melalui akun Twitter resmi mereka, Senin (4/2). Beliau menjelaskan bahwa istilah yang kini digunakan "oleh kekuatan-kekuatan politik tertentu di Indonesia" itu direkayasa oleh Amerika Serikat ketika pemilihan umum pada 2016 lalu. Walaupun disampaikan dengan sangat diplomatis, namun pernyataan kedubes Rusia dapat diartikan seperti sebuah teguran keras kepada bapak Jokowi secara tidak langsung. 

Adapun terkait dengan istilah propaganda Rusia sendiri yang disampaikan oleh Jokowi sebagai strategi menghilangkan kepercayaan publik dengan penyebaran hoaks. Hal ini harusnya mampu membuat kita semua berfikir lebih dalam. Sebab, bagaimanapun pihak yang punya kemampuan untuk menciptakan hoaks terbesar adalah pemerintah. Pemerintah memiliki banyak sekali aspek pendukung yang menguatkan, diantaranya kekuasaan, regulasi, aparat, media, logistik, dan lain sebagainya. Inilah yang diungkapkan oleh Ahmad Riza Patria selaku Jurukampanye Prabowo-Sandi sekaligus Ketua DPP Partai Gerindra di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/2). (Rmol.co) 

Alih-alih menjadi penguat, pernyataan ini justru jadi boomerang tersendiri bagi beliau dan kubunya. Tak aneh ada ungkapan 'maling teriak maling' yang keluar dari orang-orang yang melihat kejanggalan dari pernyataan beliau.

Islam tidak memperkenankan kebohongan (apapun jenisnya), kecuali beberapa perkara yang memang dijelaskan kebolehannya dalam hukum syara'. Begitu tidak diperkenankannya kebohongan, hingga orang-orang yang berbohong digolongkan sebagai orang munafik. 

"Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (QS. Al-Hajj [22]: 30)

"Ciri orang munafik ada tiga, jika berbicara ia berbohong, jika berjanji maka tidak ditepati, dan jika dipercaya maka ia berkhianat.” (HR. Muslim)

Kebohongan tidak diperkenankan, baik yang dilakukan oleh pribadi, golongan atau justru negara (penguasa). Bahkan dalam beberapa hadis dijelaskan terkait beratnya hukuman bagi para penguasa yang berdusta.

“Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan Dia tidak akan mensucikan mereka… –Abu Mu’awiyah berkata, “Dan Tidak akan dilihat oleh Allah.”– Dan bagi mereka adzab yang pedih, yaitu orang tua yang berzina, raja yang suka berdusta, dan orang miskin yang sombong.” (HR Muslim)

Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan ada setelah (wafat)ku (nanti) umaro’ –para amir/pemimpin—(yang bohong). Barang siapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan membantu/mendukung kedhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak (punya bagian untuk) mendatangi telaga (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (umaro’ bohong) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia adalah dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telaga (di hari kiamat)." (Hadits Shahih riwayat Ahmad dan An-Nasaa’i dalam kitab Al-Imaroh).

Begitulah indahnya Islam dalam berbagai lininya, tidak hanya mengikat rakyat biasa namun juga penguasa. Diterapkannya membawa kedamaian dan rahmat bagi seluruh alam. Berpedoman dengannya ciptakan solusi bagi segala permasalahan.

Sayangnya saat ini kita tidak hidup pada masa ketika Islam diterapkan. Melainkan masa tatkala sistem Islam dikurung dalam bentuk fisik Alquranul Kareem yang telah beralih fungsi sebagai hiasan dinding. Juga dikungkung dalam dinginnya tembok-tembok masjid, yang pengeras suaranya saja dijadikan polemik oleh para musuh Islam.

Kita hidup di Era Demokrasi. Masa dimana manusia bisa hidup bebas sesuka hati, dan segala perbuatan diimbal dengan nilai materi. Maka tak aneh tatkala para penguasa berlomba mendapatkan kuasa dengan menghalalkan segala cara. Termasuk saling melempar dusta diantara mereka. Hingga mereka gunakan hoaks dan kebohongan sebagai senjata utama. Naudzubillahi min dzalik. 

Mudah-mudahan Allah menyegerakan datangnya hidayah dan keberkahan kepada umat dengan diterapkannya Syariah sebagai sistem kehidupan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam pedoman bernegara. Aamiin.
Wallahu A'lam bis Shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post