Muhasabah Setelah Musibah

Penulis : Yuli UmmuRaihan

"Indonesia ku dirundung duka
Silih berganti musibah menerpa
Udara, air, darat seolah telah murka
Tak lagi kuasa menahan rasa
Manusia telah durhaka
Pada alam dan juga tuhannya
Maka musibah jadi cara, agar kembali padaNya
Tunduk dan taat 
Secara kaffah"


Inilah sepenggal puisi yang bisa mewakili kondisi bumi pertiwi kita Indonesia, beragam duka, luka, dan musibah melanda.
Belum reda satu duka, telah tertumpah airmata dan menganga luka baru, bah menunggu antrian tak hentinya musibah melanda baik karna faktor alam, manusia, atau sistem yang memang tak sempurna.

Sebagai seorang muslim kita wajib menyikapi musibah ini secara baik.dan benar sesuai tuntunan syariah.

Secara umum musibah itu ada dua:
Pertama, karena faktor alam
Ini adalah bagian dari sunahtullah dan qadha dari Allah swt.

Musibah ini ada di area yang tidak kita kuasai, sehingga kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban dan kita tak bisa menolaknya semisal gempa bumi, gunung meletus, tsunami, angin puting beliung dll.
Maka kita harus ridho dan sabar atas musibah ini, karna ini adalah ujian sebagaimana firman Allah SWT didalam surat Al Baqoroh :155

Yang berbunyi:" Sungguh kami akan menguji kalian semua dengan sedikit rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta, jiwa, dan buah-buahan, sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar".

Maka sungguh musibah demi musibah yang kita alami adalah ujian dari Allah, dan itu hanya sedikit.

Maka tak patutlah kita terus berkeluh kesah apalagi menyalahkan takdir, kenapa begini, andai, jikalau dan kalimat lainnya.

Musibah yang menimpa seorang mukmin itu besar atau kecil akan jadi wasikah penggugur dosa seperti disebut dalam hadist riwayat Al bukhari dan Muslim :" Tidaklah seorang Muslim ditimpa musibah hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus dosa-dosanya".

Maka ini seharusnya jadi kabar gembira dan penyemangat bagi kita bahwa musibah tak hanya meninggalkan duka tapi menghapus dosa.

Kedua, musibah akibat maksiat manusia atas pelanggaran terhadap syariat Allah SWT.

Ada banyak penyebab musibah terus menerus terjadi diantara karna alam telah muak, karna ada hadist Qudsi yang mengatakan bahwa air laut saja minta izin sehari tiga kali untuk menghantam manusia, tapi belum diizinkan oleh Allah.

Lalu banyaknya maksiat, diamnya orang-orang berilmu, tak ada amar ma'ruf nahi mungkar, cinta dunia, dan banyaknya kedzoliman.

Allah berfirman dalam surat Ar rum :41 yang berbunyi:" Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan akibat ulah tangan manusia,supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali".

Maka kita harus merenungi setiap musibah yang terjadi semisal banjir bisa jadi karna kemaksiatan kita, ulah tangan kita yang membuang sampah sembarang, menutup aliran dan resapan air, menggunduli hutan, mencemari lingkungan,dll.

Atau ekonomi yang makin sulit dimana kita tinggal dinegri yang amat kaya baik dalam, dan diatas perut buminya. Nikmat apa yang tak ada dinegri ini, hasil tambang, hasil laut, pemandangan alam, panas bumi, air, hutan, flora dan fauna semua kita punya dan melimpah tapi kenapa justru mayoritas masyarakat kita hidup susah bahkan ada yang gizi buruk, dan mati kelaparan?

Ini tak lain dan tak bukan adalah karna kita berpaling dari aturan Allah. Kita terlalu sombong hidup dengan aturan kufur buatan manusia, semua kekayaan alam diserahkan pada asing dan swasta, seperti jutaan ton emas di Papua, yang diambil alih oleh PT Freeport. Sementara Indonesia hanya dapat  secuil itupun tak dirasakan langsung oleh masyarakatnya khususnya penduduk Papua.

Kesulitan ekonomi yang kita rasakan juga karna kita menantang perang dengan Allah yaitu riba. Seperti yang kita tahu saat ini kita dililit hutang ribawi hampir Rp. 5.000 triliun, dengan bunga yang harus dibayar tiap tahunnya lebih dari Rp. 100 triliun. 

Akibatnya pendapatan negara yang seharusnya untuk membiayai kebutuhan negara habis untuk membayar hutang yang entah sampai kapan akan lunas, atau tidak akan pernah lunas.

Belum lagi musibah lain seperti kerusakan moral seperti maraknya perzinahan, aborsi, LGBT, yang melahirkan ragam musibah lain seperti pembunuhan, penyakit yang sulit disembuhkan, kerusakan generasi dan keluarga.

Sungguh maraknya zina dan praktek riba ini yang akan menghalalkan azab untuk negri ini, seperti hadist nabi :"Jika zina dan riba telah merajalela disuatu negri, maka mereka telah menghalalkan azab Allah atasnya"(HR Al hakim)

Jika musibah karna faktor alam tak bisa kita cegah,lain halnya dengan musibah kedua, musibah semacam ini bisa dicegah dan dihentikan yaitu dengan amar ma'ruf nahi mungkar terhadap pelaku maksiat dan kedzoliman.

Memberlakukan hukuman yang tegas tanpa tebang pilih,serta menerapkan aturan yang sempurna yaitu Islam secara kaffah.

Maka insya Allah keberkahan akan kita dapati untuk negri ini baik dari langit maupun dibumi.

Maka sudah sepatutnya setelah musibah ini kita semua muhasabah, mengukur sejauh mana kita telah benar-benar mentaati Allah secara kaffah, masihkah kita melanggar aturannya, mengingkari sebagian ayatnya dan mengimani sebagian yang lain, apakah kita masih menganggap hukum buatan manusia lebih baik dari hukum Allah, atau masih sombong dan menantang azab yang lebih besar?

Sudah saatnya kita berubah, apalagi kita sudah berada dipenghujung tahun 2018 maka kita harus berazzam ditahun depan kita benar-benar mentaati Allah secara kaffah, mengganti sistem dengan sistem yang  Islami, meninggalkan semua maksiat, sehingga kehidupan bangsa ini akan jadi berkah dan jauh dari segala musibah, wallahu a'lam bishowab.
Previous Post Next Post