Designer Nasional Tuty Adib : Tenun Balai Panjang Punya Prospek Cerah

N3 Payakumbuh - Eksistensi kerajinan Tenun Balai Panjang (TBP) pasca tampil dalam ajang London Fashion Week (LFW) medio Maret 2018 silam semakin meningkat. Pesanan TBP pun meningkat, tidak hanya pasar lokal, tapi juga nasional bahkan dari luar negeri. Kondisi itu memberi tantangan tersendiri bagi pengrajin TBP untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas produksinya.

Hal tersebut diungkap langsung Designer Nasional, Tuty Adib saat menghadiri pembukaan Pelatihan Diversifikasi Tenun Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Produk Tenun Balai Panjang di Pondok Promosi TBP,  Kelurahan Balai Panjang Kecamatan Payakumbuh Selatan, Selasa (28/8). Tuty Adib sendiri merupakan Designer yang membawa TBP tampil pada ajang LFW 2018. 

"Dari lima produk kain tradisional Indonesia yang berkesempatan tampil pada London Fashion Week 2018 lalu, Tenun Balai Panjang yang paling banyak disorot media, baik nasional, maupun Internasional, mereka sangat tertarik dengan kemunculan tenun khas Kota Payakumbuh ini," tutur Tuty Adib saat memberi sambutan yang juga dihadiri Ketua Dekranasda, Ny. Henny Riza Falepi.

Diakui, dirinya banyak dihubungi media, baik cetak maupun elektronik yang penasaran dengan produk TBP. Menurutnya, mereka penasaran kenapa dirinya berani mengangkat TBP untuk ditampilkan diajang sekelas LFW yang merupakan fashion week paling terkemuka didunia.

"Rata-rata mereka bertanya kenapa Tenun Balai Panjang yang diangkat, kenapa bukan batik atau Tenun Pandai Sikek yang sudah terkenal. Pertanyaan inilah yang harus bersama-sama kita jawab dengan meningkatkan kualitas produksi kita. Biar produk yang menjawab semua itu," ujar Tuty.

Dikatakan, publik internasional sangat menghargai karya, apalagi produk buatkan tangan. Bagi mereka semakin rumit suatu produk tercipta,  maka semakin mahal harganya. Pihak produsen juga harus memperhatikan tren mode khususnya tren warna yang diminati pada tahun berjalan agar produk bisa diterima pasar.

"Disana mereka menghargai karya,  kerumitan punya nilai lebih. Produk handmade itu lebih dihargai dari Pabrikasi. Yang perlu diperhatikan juga adalah tren mode. Kita buat produk tradisional, tapi look nya harus diterima Internasional. Karena mereka pasar kita, termasuk tren warna yang perlu diikuti," jelas Tuty.

Sementara, Ketua Dekranasda Kota Payakumbuh, menyampaikan apresiasi khusus kepada Tuty Adib yang telah membangun TBP sehingga bisa dikenal hingga mancanegara. Dikatakan, keberanian Tuty Adib membawa TBP ke ajang sekelas LFW telah mengangkatkan gengsi TBP itu sendiri.

"Kami sangat apresiasi bu Tuty yang berkenan memperkenalkan produk tenun kita ke luar negeri. Kami juga mohon maaf, karena banyak pemikiran ibu untuk memajukan Tenun Balai Panjang belum semua mampu kami realisasikan, karena keterbatasan kemampuan kami juga. InsyaaAllah secara bertahap akan terus kita upayakan," ujar Ny. Henny Riza.

Dikatakan, kehadiran Tuty Adib sebagai narasumber utama dalam pelatihan yang diangkatkan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Nakerperin) tersebut diharapkan mampu menambah skill para pengrajin untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas.

"Kita yakin, beliau akan banyak memberi masukan dan saran bagi pengembangan produk tenun kita. Dari sudut pandang beliau sebagai designer nasional, sentuhan atau taste beliau tentu berbeda dan akan memberi nilai tambah produk yang sesuai dengan selera pasar fashion," kata Ny. Henny.

Sementara, Kepala Dinas Nakerperin, Dafrul Pasi dalam laporannya
mengatakan bahwa pelatihan tersebut sengaja diangkatkan dalam rangka meningkatan daya saing produk Tenun Balai Panjang. Pelatihan berlangsung dari tanggal 28 Agustus s/d 3 September 2018.

"Kita mengetahui hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki kerajinan tenun. Mereka telah punya ciri khas masing-masing. Belum lagi persaingan dari dunia usaha yang sifatnya pabrikasi. Mereka mampu memproduksi dalam jumlah besar dan harga lebih murah.  Disinilah tantangan kita bagaimana mampu menghasilkan produk kerajinan yang khas, unik dan sesuai selera pasar," ujar Dafrul.

Dikatakan, dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan akan lahir ciri khas TBP yang membuat produk tersebut bisa bersaing dengan produk tenun lainnya. Menurutnya, TBP harus memberikan daya tawar yang khusus, contohnya menciptakan brand atau motif sendiri yang melekat langsung dengan ciri khas Kota Payakumbuh. 

"Sebenarnya untuk memenuhi pasar lokal, kita cukup kewalahan, sebab masih terbatasnya sarana produksi kita. Akan tetapi masuknya permintaan dari nasional bahkan internasional sebagaimana disampaikan ibu Tuty Adib tadi tentu mendatangkan keuntungan tersendiri bagi daerah kita. Peluang ini tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja," ujar Dafrul.

Dikatakan, pihaknya terus berusaha untuk menambah sarana dan kapasitas produksi TBP. Jika permintaan pasar terus meningkat,  maka tak hanya warga Balai Panjang,  pihaknya akan memperluas peluang kerajinan TBP ini bagi masyarakat Kota Payakumbuh lainnya.

"Jika permintaan pasar terus meningkat, maka kita akan bikin kelompok-kelompok pengrajin tenun lainnya diluar Balai Panjang. Namun brand atau nama produksi yang keluar tetap Tenun Balai Panjang," pungkas Dafrul. (Rahmat Sitepu/rel)

Post a Comment

Previous Post Next Post