N3 Payakumbuh – Pengukuhunan
Bundo Kanduang dan Puti Bungsu yang tersebar di 18 kelurahan di Koto Nan Ompek
Kota Payakumbuh, merupakan sebuah itikat baik tokoh masyarakat Kenagarian Koto
Nan Ompek dalam menjaga adat dan budaya. Diharapkan kedepan bakal lahir
generasi penerus yang mampu mempertahankan dan melestarikan adat budaya khas Kenagarian
Koto Nan Ompek. Dan dapat menghidupkan kembali nilai-nilai budaya, adat
istiadat, termasuk kuliner khas Koto Nan Ompek. Bagi puti bungsu yang masih
muda belia agar rajin bertanya kepada yang tua, ungkap Walikota Payakumbuh H.
Riza Falepi, ST. MT diwakili Asisten II Amriul Dt Karayiang pada acara adat
pengukuhan pengurus bundo kanduang dan puti bungsu di KAN Koto Nan Ompek Kec.
Payakumbuh Barat, Minggu (21/1).
Turut hadir Wakil Ketua DPRD,
Suparman,anggota DPRD Wulan Denura, S.ST, Camat Payakumbuh Barat, Nurdal dan
Ketua KAN Koto Nan Ompek, AK. Dt. Asa Dirajo. Selain itu juga tampak hadir
tokoh masyarakat kenagarian setempat. Pengukuhan bundo kanduang dan puti bungsu
kelurahan di kenagarian Koto Nan Ompek ini dilakukan oleh Ketua Bundo Kanduang
kenagarian, Hj. Riwayati.
Dalam sambutannya, Ketua KAN Koto
Nan Ompek, AK. Dt. Asa Dirajo, menyampaikan agar bundo kanduang dan puti bungsu
mendatang lebih mendalami permasalahan adat.
" Kami berharap para bundo
kanduang dan puti bungsu memahami sejarah dan adat kenagarian Koto Nan Ompek.
Itu adalah langkah awal dalam melangkah, kalau kurang tahu, yo batanyo ka nan
tuo (bertanya pada yang tua-red)," kata Ketua KAN.
"Disebut Kenagarian Koto Nan
Ompek karena ada 4 Koto dan balai, yaitu Koto Tuo, Koto Tongah, Koto Rajo, dan
Koto Kociak. Serta terdiri dari 4 persukuan besar 1). Pasukuan Sambilan Ompek
Parompek( 9 buah poruk dan 4 jurai), 2).Pasukuan Limo nan Tujuah ( Kampai
ompek, limo jo Malayu. Mandailiang onam, tujuah jo Bendang), 3). Pasukuan Ompek
Niniak ( 2 niniak muyang suku Pitopang dan 2 niniak muyang suku Katianyia
(Kutianyia atau Koto Anyia)), dan 4).Pasukuan Bodi- Caniago.
Untuk itu marilah kita berupaya
kembali ke adat asli dan mendalami sejarah, termasuk makna pakaian baju kuruang
basiba, penganan khas adat, agar indak lipuah (habis-red) di makan zaman. Dan
banyak pelajaran adat lain yang mesti dikaji," tutur AK. Dt. Asa Dirajo
Hal senada juda diutarakan Wakil
Ketua DPRD, Suparman, selain mendalami sejarah adat dan seluk beluknya, kami
harapkan bundo kanduang dan puti bungsu juga sinergitas dengan kemajuan zaman
tanpa menghilangkan nilai-nilai asli kedaerahan Koto Nan Ompek.
“Sehingga bundo kanduang dan puti
bungsu tidak ketinggalan kemajuan zaman yang semakin canggih. Keberdaan bundo
kanduang dan puti bungsu dapat menjadi pagar nagari, duduk bersama tokoh
masyarakat dalam memelihara adat leluhur," pungkas Suparman.
Pengukuhan bundo kanduang dan
puti bungsu ini juga dirangkai dengan penyerahan hadiah lomba lagu minang rang
mudo (remaja-red) usia 12-18 tahun. Dalam lomba ini tampil Juara I diraih
Keishi dari Bulakan Balai Kandi, Juara II diraih Aufa dari Balai Nan duo dan
Juara III diraih Mutia Hayati dari Padang tinggi. Penyelenggara lomba telah
menyiapkan hadiah pembinaan berupa beasiswa dan tropi. Kegiatan ini ditutup
dengan "Makan Bajamba". (Rahmat Sitepu)