N3, Tarakan ~ Rentannya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
belakangan ini, diakibatkan kurang di wariskan nilai luhur bangsa
Indonesia terhadap generasi Tua dan muda Indonesia, Isu Sara yang selalu
di kembangkan untuk memecahkan bangsa Indonesia sudah saatnya di
tentang oleh Rakyat Indonesia.
Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie di hadapan
peserta seminar yang dihadiri TNI Polri, Tokoh Masyarakat, Kepemudaan
dan Walikota Tarakan Sofian Raga dihotyel Tarakan Plaza Kalimantan
Utara, Menjelaskan dengan menghindari disintegrasi bangsa dapat
dilakukan dengan melakukan salah satunya dengan Pemantapan nilai
kebangsaan bagi tokoh masyarakat, pemerintah dan akademisi di provinsi
Kalimantan Utara.
Irianto Lambrie menginginkan agar nilai kebangsaan melekat
pada setiap segi kehidupan bermasyarakat, dijalankan sesuai nilai luhur
pendiri bangsa, dimulai dari diri kita kepada masyarakat, dari Tua ke
Muda, dan begitu sebaliknya.
Kearifan lokal bisa memberikan wawasan akan suku suku
bangsa kita, terkadang kesengjangan baik materil dan moril bangsa dan
suku - suku di wilayah perbatasan, sehingga harus diwaspadai, salah satu
mengatasai dis intyegrasi bangsa pemerintah dan masyarakat harus bisa
melakukan secara politik anggaran yang proforsional, mengakomodasi dan
memfilter budaya luar, mampu serta memperkuat budaya lokal, dengan
memberikan wacana, menahan diri, dan memberikan pengertian kebudayaan
lokal pada pendatang.
Irianto Lambrie menambahkan filterisasi kebudayaan penting
menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, sehingga kebudayaan
asing yang bersifat negatif bisa di tolak untuk masuk ke negara
Indonesia.
" filterisasi kebudayaan perlu, dan itu bukan hanya
tanggung jawab pemerintah semata, akan tetapi masyarakat juga, apa lagi
wilayah seperti kita di perbatasan harus bisa menfilter kebiasaan buruk
dan tidak sesuai dengan kebudayaan lokal kita" terang Irianto.
Irianto berharap dengan adanya acara pemantapan nilai
kebangsaan, diharapkan peserta bisa menularkan nilai baik kebudayaam
lokal dan menolak disintegrasi bangsa.
Reporter Bonar Sahat