Dialog Antar Uang

Nusantara ~ “Asyik.. Asyik… aku masuk ke dalam sebuah kotak amal .” Limbu (lima puluh ribu) berteriak senang.

Ia pun langsung berbaur dengan uang-uang lainnya, ada uang seribu, lima ratus, sepuluh ribu, dua puluh ribu dan seratus ribu.

Halo kawan-kawan, Senangnya bertemu dengan kalian di sini. Semoga kita bisa menjadi saksi dari orang-orang yang menaruh kita ke dalam kotak amal ini. Sembari Limbu menyapa semua uang di dalam sebuah kotak amal bening itu.

Semua uang tersenyum menyambut kedatangan Limbu.

Kotak amal bening yang berada di Masjid Tawadhu’u, senantiasa menjadi pemandangan umum para jamaah yang hilir mudik hendak melaksanakan shalat. Keberadaannya di depan pintu masjid sangat strategis, tidak jarang orang-orang dengan senangnya “menitipkan” uangnya ke dalam kotak amal tersebut. Namun ada juga orang yang enggan atau pura-pura tidak melihat bahwa di depannya ada kotak amal.

Hari ini adalah hari bersejarah bagi Limbu. Bukan karena nilainya yang termasuk besar yang ada di dalam kotak amal itu. Tapi karena si pemilik Limbu sebelumnya yang ia tahu bukanlah orang yang tergolong mampu. Hanya seorang wanita janda tua yang sudah lama di tinggal oleh suaminya karena telah meninggal dunia. Limbu sempat melirik wajah wanita janda tua itu sebelum memasukkannya kedalam kotak amal. Terlihat keikhlasan dalam keriput wajah tuanya. Limbu sempat mendengar gumaman wanita janda tua itu, “Ya Allah, terimalah sedekahku untuk rumah-Mu, semoga uang ini bisa bermanfaat.”

Sebelum Limbu menjadi milik si wanita janda tua, Limbu adalah pemilik dari seseorang yang tergolong mampu. Orang tersebut memberikan imbalan kepada wanita janda tua karena telah bekerja seharian membantunya mengurus pekerjaan rumah.

Usai  wanita janda tua mendapat imbalan dari pekerjaan nya itu, ia merasa tak enak hati atas resky yang diterimanya. Hatinya berdetak ingin mensedekahkan imbalan yang diterimanya itu karena ia merasa hari ini kebutuhan makanan dan jajan untuk 3 orang anaknya telah tercukupi . Pada saat itulah wanita janda tua tersebut langsung memasukan Limbu ke dalam kotal amal di masjid.
Limbu merasa amat terharu. Ia bisa menjadi tabungan kebaikan bagi wanita janda tua itu. Meski nilai Limbu yang hanya tidak seberapa bagi kebanyakan orang-orang mampu, namun bagi orang-orang seperti wanita janda tua itu adalah nilai yang begitu besar untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-harinya.

Secara materil wanita janda tua itu terlihat miskin, namun hatinya sangat kaya. Ia adalah orang kaya sesungguhnya.’’ Limbu bergumam’’

 “Siapapun yang memasukkan kita ke dalam kotak amal ini, semoga hanya di landasi keikhlasan karena Allah, bukan karena ingin di lihat atau terpaksa.” Kata Limbu.

“Aamiin.” Uang-uang itu bersorak.

 Dan uang-uang di dalam kotak amal itu melantunkan doa terbaiknya untuk si wanita janda tua.
Previous Post Next Post