Nusantara ~ Dalam sebuah acara bedah buku al-Wasathiyyah fil Islam “Moderat dalam Perspektif Islam” karya Habib Umar bin Hafidz, yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman cabang Hadhramaut, di Auditorium Fakultas Syariah dan Hukum, Universtitas Al-Ahgaff, Tarim Yaman , Habib dimintai pendapat oleh seorang audien terkait hukum ucapan selamat natal (tahniah) kepada umat kristiani.
Habib Umar berpendapat bahwa selagi ucapan selamat natal tersebut
diucapkan tanpa disertai pengakuan (iqrar) terhadap hal-hal yang bertentangan
dengan pokok akidah Islam – seperti klaim Isa anak Tuhan – serta keikutsertaan
dalam kemaksiatan, maka tidak ada masalah. Hal tersebut, tutur beliau, karena
memuliakan para utusan Allah, termasuk Nabi Isa, adalah diantara hal yang
aksiomatis dalam Islam (min dharuriyyati hadza ad-din).
Dalam kegiatan itu, Habib Umar juga menegaskan bahwa sikap
wasathiyah (moderat) adalah karakter inti ajaran Islam itu sendiri. Sikap moderat
dalam beragama adalah representasi nyata sikap Rasulullah dan para sahabatnya.
Dalam Al-Qur’an Allah menyebut predikat wasath dalam ayat “Dan
demikianlah Aku (Tuhan) jadikan kalian umat yang “wasat” (adil, tengah-tengah,
terbaik) agar kalian menjadi saksi (syuhada’) bagi semua manusia, dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi (syahid) juga atas kalian.” (Al- Baqarah:143).
Dalam ayat tersebut, umat Islam dipuji oleh Tuhan sebagai umat
yang tengah-tengah karena mereka tidak terjerembab dalam dua titik ekstrim.
Yang pertama adalah ekstrimitas umat Kristen yang mengenal tradisi
“rahbaniyyah” atau kehidupan kependetaan yang menolak secara ekstrim dimensi
jasad dalam kehidupan manusia serta pengkultusan terhadap utusan. Yang kedua
adalah ekstrimitas umat Yahudi yang melakukan distorsi atas Kitab Suci mereka
serta melakukan pembunuhan atas sejumlah nabi.
Dengan pandangan dan sikap ‘wasatha’, setiap Muslim dilarang
melakukan tindakan ‘tatharruf’ atau ekstrim dalam menjalankan ajaran agama.
“Ekstrimisme yang terjadi akhir-akhir ini terjadi karena konsep
wasathiyah mulai terkikis,” tegas Dai Internasional yang getol menyuarakan
ukhuwah Islamiyah itu. Karenanya, tutur Habib Umar, sikap moderat harus
menjelma di setiap dimensi kehidupan seorang muslim, baik dalam ranah akidah,
pemikiran, etika, serta interaksi dengan orang lain.
Menariknya, Habib Umar menyebut para walisongo sebagai contoh
ideal yang telah berhasil menerapkan prinsip moderat dalam kegiatan dakwah
menyebarkan Islam di tanah air. “Dengan sikap moderat yang ditunjukkan
walisongo, Islam dapat diterima dengan baik di Indonesia,” ujar Habib Umar.
Post a Comment