Fuji Astomi : "Kegagalan Perlombaan PDF II Tanggungjawab Bersama"

N3, Padang ~ Penyelenggaraan Lomba Palinggam Dayung Festival jilid 2 tahun 2016 yang digelar di bantaran sungai Kelurahan Seberang Palinggam Kota Padang berlangsung ricuh. Berbagai himbauan serta peringatan baik dari pihak panitia maupun pengerahan aparat keamanan, juga tidak mampu meredamnya. Akibatknya beberapa orang dari penonton dan atlit dayung mengalami luka dan dilarikan keposko pengobatan panitia.

ilustrasi foto : int
Melihat kondisi yang kurang kondusif dan tidak terkendali, pihak panitia pelaksana akhirnya dengan merasa malu terpaksa harus menghentikan perlombaan. 

Camat Padang Selatan Fuji Astomi selaku penanggungjawab wilayah saat dimintai tanggapannya via ponsel beberapa menit lalu menerangkan, bahwa insiden yang terjadi pada penyelenggaraan PDF II  yang dilaksanakan di bantaran sungai Seberang Palinggam kemarin bukanlah sesuatu yang harus disoroti secara negatif.

Karena pemerintah menilai banyak hal positif perlu dicermati, adapun inti dari penyelenggaraan ini adalah untuk mengangkat nilai-nilai budaya tradisional yang seyogianya dapat dijadikan alat pemersatu dan menjalin silaturahmi antara satu kampung dengan kampung lainnya. Apalagi pemerintah sedang giat-giatnya menggalakkan pariwisata, sudah tentu kegiatan budaya tradisional akan menjadi perhatian serius pemerintah dalam rangka peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat.   

Oleh karena itu, Ia tidak menyalahkan siapa-siapa, dan Ia juga mengajak kepada penonton ataupun supoter masing-masing klub, supaya tidak membesar-besarkan persoalan ini lagi, sebab kerugian yang dialami dapat berimbas pada perpecahan antara sesama saudara.

Maka dari itu, sekali lagi disampaikan, sebagai penanggungjawab wilayah Ia menegaskan, bahwa keputusan hasil rapat atas terjadinya insiden yang diambil kemarin, telah disampaikan ketengah masyarakat dan dapat diterima. "Jadi kegagalan DPF II ini merupakan tanggungjawab bersama dan menjadi bahan evaluasi dan intropeksi masing-masing pihak pada tahun berikutnya.

Dari pantuan lapangan, kejadian diawali, saat perlombaan perebutan juara pool A antara klub Pasga dari Kelurahan Pasar Gadang yang turun melawan klub Rinjani dari kelurahan Seberang Palinggam tengah berlangsung, tiba tiba dari arah penonton yang diduga salah seorang supoter klub, melemparkan batu dan mengenai atlet dayung klub Rinjani.

Tidak lama berselang, dari tempat arah penonton yang sama, kembali menyusul lemparan batu lainnya disinyalir dengan sengaja ditujukan pada atlet dayung klub Rinjani, sehingga dari beberapa atlit dayung Rinjani mengalami luka terkena lemparan. Dan seketika itu para atlet dayung klub Rinjani menghentikan perlombaan, serta mereka berusaha melindungi rekan rekannya dari lemparan batu yang tidak ada hentinya.

Melihat terganggunya perlombaan, pihak panitia beserta aparat keamanan sebagai penanggungjawab pelaksana kegiatan, lalu mencoba menetralisir keadaan melalui himbauan dan mencari oknum-oknum penonton yang mencoba mengundang kerusuhan.

Selang satu jam berlalu, melalui himbauan dan ketegasan aparat keamanan, akhirnya pihak panitia kembali melanjutkan pertandingan dengan memperlombakan perebutan juara grup D antara klub Pasga melawan klub IPPKB dari Kelurahan Batang Arau.

Namun suasana masih mencekam, karena dengan diturunkannya kembali klub Pasga yang kebetulan arah sampannya berdekatan dengan para penonton klub Rinjani yang berlokasi di Kelurahan Seberang Palinggam, membuat keadaan menjadi tegang.

Ternyata apa yang ditakutkan dan menjadi puncak peristiwapun terjadi, saat perlombaan baru berlangsung beberapa menit, dari arah penonton kembali bertebaran batu-batu yang diarahkan kepada klub Pasga. Dan sampai pertandingan dihentikan, baik panitian maupun pihak keamanan belum dapat mengetahui oknum-oknum mana yang telah melakukan provokasi

Ironisnya, klub IPPKB yang merasa tidak ada persoalan dan bersahabat dengan penonton klub lain, juga mendapat imbas. Tiga orang pentolan dari atletnya juga terkena lemparan batu, meski datangnya bukan dari arah Kelurahan Seberang Palinggam.

Karena merasa tidak mungkin dapat mengendalikan keadaan, akhirnya pihak panitia, Camat Padang Selatan, pihak keamanan beserta Dinas Pariwisata Kota Padang melakukan perundingan dan dengan merasa malu, mereka memutuskan untuk menghentikan penyelenggaraan Palinggam Dayung Festival II tahun 2016.

Diantara dari hasil perundingan itu, disampaikan secara lisan kepada masing masing masing manajer yang terlibat untuk perebutan gelar juara, bahwa perlombaan tidak akan dilanjutkan, dan pemenangnya secara bersama. Artinya seluruh hadiah dibagikan secara rata pada masing-masing klub yang terlibat dalam perebutan juara, yaitu klub Fio Fina, AADC, Pasga, IPPKB dan Rinjani.  **

Post a Comment

Previous Post Next Post