Disinyalir Ada Mafia Proyek di OP BWSS V

N3, Padang ~  Sudah menjadi tudingan kalangan kontraktor dan masyarakat, mafia proyek bergentayangan di bagian Operasional Balai Wilayah Sungai Sumatera V (OP BWSS V). Soalnya, OP yang berkantor di Jalan Khatib Sulaiman ini, banyak memainkan dana pemeliharaan, baik itu krib Pantai, pembersihan banjir kanal maupun pemeliharaan irigasi. Permainan sudah lama terendus, namun oknum di OP itu, tetap nekat. Hebatkan?
 
Pujian dan rasa salut pantas diberikan kepada Bagian Operasional di BWSS V. Pasalnya, OP yang bergelimang proyek pemeliharaan itu, dengan mudahnya memainkan uang negara, berkedok pemeliharaan. Padahal, ada permainan mafia dibalik pekerjaan proyek itu.
 
Tak percaya, lihat saja pekerjaan pemeliharaan Banjir Kanal, Tobing yang disebut sebut aktor dibalik proyek pemeliharaan ini meraup keuntungan besar, sebab hasil galian itu dijual kepada orang lain.” Ya, sudahlah dari proyek Tobing dapat keuntungan, penjual hasil galian juga mendatangkan pundi pundi uang baginya,” kata Bustanul Koordinator Wilayah Sumbar LSM Pembela Merah Putih.
 
Diakuinya, ini menjadi lahan bagi Tobing setiap tahunnya dan sudah menjadi rahasia umum, Tobing bisa berpesta pora dibalik penjualan hasil galian itu. Hebatnya lagi, Tobing bisa bermain pada paket lain dan sudah menjadi rahasia umum di BWSSV.
 
Permainan lain juga terjadi pada pemeliharaan saluran irigasi. Faktanya, tahun 2015 kemaren pemeliharaan saluran irigasi di Padang Lua, Kabupaten Agam, terkesan asal asalan saja. Malah, beberapa item pekerjaan hanya sekedar tambal sulam, itupun dilakukan tak profesional.” Dan, tahun 2016 ini, kasus serupa terjadi pada paket lain, terutama pemeliharaan saluran irigasi,” imbuh Bustanul.
 
Begitu juga, untuk pekerjaan krib pantai, khusus Pantai Padang, proyek yang digawangi Anjang ini, terkesan amburadul. Terbukti, masih hitungan hari krib pantai itu sudah hancur.” Ya, dana pemeliharaan melalui rehabilitasi proyek ini, menjadi lahan basah bagi oknum OP di BWSS V,” jelasnya, seraya mengatakan ada mafia proyek di OP BWSS V ini.
 
Khusus untuk proyek krib Pantai Padang. Katanya  diduga banyak permainan dan penyimpangan pekerjaan yang berujung untuk mencari keuntungan. Misalnya, batu yang digunakan batu berukuran kecil, batu berselimut tanah, timbunan tanah untuk jalan alat berat langsung dipakai dan penggunaan minyak bersubsidi.
 
Sepandai-pandainya bermain, namun terbongkar juga. Faktanya, proyek krib Pantai Padang yang baru selesai dikerjakan disatu titik hancur dihantam ombak. Batu kecil berserakan, tanah timbunan yang digunakan untuk jalan alat berat merengkah dan berpisah dengan batu besar yang dipasang untuk bagian pinggir krib..” Penyebab hancur krib itu, disebabkan pekerjaan tak professional dan asal asalan. Wajar saja, baru selesai disusun batu krib itu berserakan dihantam ombak,” katanya, seraya mengatakan, pekerjaan krib ini tak professional dan asal asalan, sebab tak masuk logika ombak bisa meluluhlantakan batu krib ini..
 
Tidak saja, kalangan LSM, anggota DPRD Sumbar, Muhammad Nurnas, juga menyesali hancurnya hancurnya krib Pantai itu. Apa yang dikatakan Nurnas bukan tanpa alasan, sebab beberapa tahun lalu juga terjadi pada Pantai Sasak Pasaman Barat, bahkan ia ikut terjun kelapangan melihat hancurnya krib Pantai Sasak Pasaman itu.
 
“Batu yang digunakan banyak berukuran kecil, bahkan dipasang dibagian bawah, sehingga mudah terbawa arus ombak. Parahnya lagi, tanah timbunan yang digunakan untuk jalan alat berat langsung ditutupi dengan batu krib. Alhasil, tanah tersebut habis terkikis ombak dan mengakibatkan terjadinya rongga diantara batu krib, sehingga saat diterjang ombak batu krib yang kecil tersebut langsung berserakan,” kata Nurnas.
 
Seharusnya, kata Nurnas, sebelum dipasang batu untuk lapisan atas, tanah timbunan yang digunakan untuk jalan alat berat tersebut dikikis habis dan baru dipasang batu bagian atas. “Ya, karena pekerjaan ingin cepat selesai, tanah timbunan untuk alat berat tersebut langsung dipakai, sehingga mudah terkikis ombak. Akibatnya, saat diterjang ombak, tanah terkikis, batu yang berongga itu hancur dihantam ombak,” ulang Nurnas.
 
Dengan geram, Bustanul mengatakan, permainan OP BWSS V ini, tak ada teguran dari Kepala Balai. Faktanya, meski sudah beberapa kali diberitakan, namun tak ada tanggapan sama sekali. Wajar saja, OP ini semakin nekat dan berani memainkan dana pemeliharaan” Ya, seakan permainan ini direstui Kepala Balai,” ujar Bustanul.
 
Bagaimanapun kata Bustanul, kita sebagai LSM, akan mengawasi dan memantau permainan OP ini. Dan, kita akan mengumpulkan data serta poto pendukung untuk melaporkan kasus ini ke Kejaksaan Tinggi Sumbar.” Dalam waktu dekat kita akan melaporkan kasus ini ke Kejaksaan Tinggi Sumbar,” imbuhnya.  
OP BWSS V Bungkam
 
Anehnya, mereka yang bermain dibalik proyek OP ini, terkesan menghindar. Faktanya, saat dikonfirmasikan, berbagai alasan dan dalih dilakukan untuk menghindar. Padahal, konfirmasi yang dilakukan kepada yang bersangkutan untuk keseimbangan berita dari temua lapangan maupun informasi yang didapat.
 
Sikap menghindar itu, juga dilakukan Tobing yang bertanggungjawab terhadap pekerjaan pemeliharaan Banjir Kanal. Bahkan, Tobing mempermainkan media ini untuk konfirmasi. Soalnya, saat ditelepon via Hpnya, Tobing meminta media ini untuk datang ke kantornya.
 
Namun, setelah media ini mendatangi kantor yang berlokasi di Jalan Khatib Sulaiman ini, Tobing, malah menghindar. Ditelepon berkali kali tak diangkat, ditunggu satu jam, juga tak keluar. 
 
Begitu juga Anjang yang bertanggungjawab terhadap pekerjaan krib Pantai Padang, juga susah ditemui. Malah, ditemui beberapa kali dilokasi pekerjaan proyek juga tak ada. Sikap melindungi Anjang, juga terlihat dari beberapa karyawan OP, sebab saat diminta nomor hpnya tak satupun yang menjawab, malah mengaku tak tahu.” Ya, mafia di OP BWSS V ini, saling melindungi. Makanya, dugaan permainan berjemaah ini, akan dilaporkan ke Kejaksaan Tinggi Sumbar,” kata Bustanul mengulangi. NV
Previous Post Next Post