Misteri Kematiaan Angeline Masih Tanda Tanya

N3, Denpasar ~ Setelah ditemukan tewas terkubur dihalam belakang rumahnya sendiri pada Rabu (10/6), lusa lalu. Misteri kematiaan Angeline anak yang hilang sejak 16 Mei lalu masih banyak hal yang belum menemukan kejelasan dalam kasus pembunuhan ini.

Haposan Sihombing pengacara Agustinus yang diduga sebagai pelaku pembunuhan menilai ada yang rancu dalam rentang waktu tuuh jam yang belum terpecahkan penyidik dalam perkara kematian bocah berusia delapan tahun tersebut. Haposan mempertanyakan seak mulai pukul 13.00 WITA saat Angeline dibunuh sampai pukul 20.00 WITA saat jenazah dikubur dibawah pohon pisang dekat kandang ayam dibelakang halaman rumah keluarga angkat bocah tersebut yang terletak di Jalan Sedap Malam Nomor 26, Sanur, Denpasar, Bali.

 “Berdasarkan pengakuan tersangka, dia membunuh Angeline jam 13.00 siang, dan mengubur jenazah jam 20.00 malam. Apa yang terjadi pada tenggang waktu dari jam 13.00 ke 20.00 itu menjadi tugas polisi untuk mencari tahu. Polisi punya teknik untuk mengungkap apakah ada kejanggalan atau tidak,” kata Haposan , Jumat (12/6) pagi.

Haposan sendiri ditunjuk Polresta Denpasar mendampingi Agustinus menjalani pemeriksaan mengatakan telah berupaya menggali keterangan dari tersangka dengan melontarkan sejumlah pertanyaan. Namun ia merasa tersangka belum secara terbuka menceritakan seluruh kejadian. Ia menduga beberapa hal belum diceritakan Agustinus kepadanya maupun penyidik Kepolisian, tuturnya menambahkan

“Saya tanya kenapa baru mengubur jenazah jam 20.00 padahal Angeline sudah tewas sejak jam 13.00. Tersangka menjawab karena baru jam 20.00 rumah sepi, saat ibu angkat Angeline dan putri kandungnya yang baru tiba di rumah, keluar untuk menemui kepala lingkungan guna mencari Angeline,” ujar Haposan mengutip kata si pelaku Agustinus.

Haposan kembali bertanya kepada Agustinus, kapan menyiapkan lubang di bawah pohon pisang dekat kandang ayam yang dijadikan lokasi mengubur Angeline. “Dia jawab, dari awal lubang itu sudah ada sehingga jenazah langsung dikubur di situ,” kata Haposan.

Agustinus sendiri merupakan pembantu keluarga angkat Angeline. Ia bertugas mengurus rumah tangga dan membersihkan serta memberi makan ayam, anjing, dan kucing peliharaan keluarga itu. Sehari-hari, Agus biasa di rumah majikannya bersama Angeline dan ibu angkatnya, Margriet Megawe.

Selain keluarga angkat Angeline ada dua orang lainnya menghuni rumah tersebut, yakni pasangan suami istri yang indekos di samping kamar Agustinus. Mereka sendiri jarang berada di rumah karena bekerja sampai larut malam. “Jadi di rumah itu seringnya bertiga –Margriet, Angeline, dan Agustunis,” cakap Haposan.

Dari keterangan Agustinus sendiri, ia bekerja di rumah Margriet mulai 23 April dan berhenti bekerja sekitar seminggu setelah Angeline dinyatakan hilang. Jadi bila keterangan itu benar, kata Haposan, Agustinus belum sampai sebulan bekerja di rumah itu ketika ia membunuh Angeline.

Kepada Agustinus, Haposan juga bertanya kapan Margriet mulai mencari Angeline. “Tersangka menjawab sekitar jam 15.00 sore saat dia membersihkan tempat makan ayam,” kata dia.

Berdasarkan laporan  Agustinus yang menyatakan Angeline hilang, Agustinus diminta Margriet mencari Angeline ke tetangga. Padahal saat itu Angeline telah terbujur kaku di kamar dengan tubuh ditutupi seprai oleh Agustinus.

Merasa ada yang aneh dengan keterangan itu, Haposan kembali bertanya, “Jika tubuh Angeline ditutupi seprai, seandainya Ibu Margriet membuka pintu kamar, berarti ketahuan (ada jasad terbungkus seprai di dalam kamar)?”

“Iya Pak, kelihatan,” ujar Haposan mengulang jawaban Agustinus kepadanya. Pernyataan Agustinus ini harus bisa diadikan bahan untuk mengungkap kasus kematian bocah delapan tahun ini.

Haposan menegaskan, polisi bertugas untuk mengungkap seterang-terangnya fakta runtutan peristiwa di rumah itu sejak pukul 13.00 hingga 20.00 WITA.

Agustinus, kata Haposan, mengaku menyesal membunuh Angeline. Agustinus mengatakan merasa terdesak karena Angeline memanggil Margriet ketika hendak diperkosa, menurut keterangan si pelaku

Pengacara ini merasa belum puas dengan keterangan Agustinus. Ia telah berpesan kepada pria 25 tahun itu untuk menyampaikan fakta apa adanya ke penyidik Kepolisian, dan agar berani bertanggung jawab atas perbuatannya tanpa menutupi satu hal pun.

“Seseorang (Agustinus) yang dalam kondisi ada orang lain (Margriet) di rumah, berani berbuat itu (memperkosa Angeline). Saya akan lihat perkembangan keterangan tersangka dalam pendampingan pemeriksaan siang ini. Siapa tahu setelah merenung, ada hal baru yang mau dia sampaikan, sebab sepertinya kemarin dia masih tertekan dan belum terbuka,” kata Haposan.

Ia meminta masyarakat bersabar dan memberi waktu polisi untuk bekerja karena pemeriksaan baru berjalan dua hari. Apakah ada keterlibatan pihak lain dalam pembunuhan Angeline, menurut Haposan, polisilah yang akan menentukan.

“Menteri pernah ke rumah itu dan ibu angkat Angeline disebut kurang kooperatif padahal dia yang melaporkan Angeline hilang. Angeline kemudian ditemukan meninggal di rumah itu. Ini semua tugas polisi untuk mengungkap,” kata Haposan.

Angeline merupakan anak angkat dari Margriet Megawe, wanita bersuamikan pria asing, yakni pengusaha asal Amerika Serikat. Namun suami Margriet telah meninggal dunia tiga tahun lalu. Sebelum mengangkat Angeline menjadi anak, Margriet dan suaminya telah memiliki dua anak kandung perempuan.

Orang tua kandung Angeline yang tinggal di Banyuwangi, Rosidi dan Hamidah, menyerahkan putrinya ke Margriet sejak dilahirkan dengan alasan tak punya biaya. Saat melahirkan Angeline, Hamidah dibantu biaya persalinan sebesar Rp 1 juta plus biaya klinik Rp 800 ribu oleh Margriet dan suaminya. (Wayan)
Dibaca
Previous Post Next Post